YOHANES 4:5-14


KHOTBAH MINGGU XX SETELAH TRINITATIS

Minggu, 25 Oktober 2020

Evangelium :  Yohanes 4:5–14

Topik            :  Yesus  Adalah  Air  Kehidupan

            

Saudara-saudari yang terkasih di dalam Tuhan Yesus Kristus..!!

Apakah saudara/i sudah memberikan dampak positif bagi keluargamu?Apakah saudara/i sudah memberikan dampak positif bagi orang-orang di sekitarmu? Apakah saudara/i sudah memberikan dampak positif bagi negaramu? Apakah saudara/i sudah memberikan dampak positif bagi gerejamu? Beberapa pertanyaan yang akan mengantarkan kita pada Firman Tuhan hari ini.

Seperti yang terjadi di dalam nats ini, Tuhan Yesus bersama dengan para murid sampai di sebuah kota di Samaria yang bernama Sikhar. Di tempat itu terdapat sumur Yakub. Dan karena letihnya, Tuhan Yesus duduk di pinggir sumur itu dan hari itu kira-kira pukul dua belas siang.

Ketika Tuhan Yesus duduk di pinggir sumur itu, datanglah seorang perempuan Samaria yang hendak menimba air dari sumur itu. Pertemuan antara perempuan Samaria dan Tuhan Yesus menimbulkan dialog yang sangat menarik untuk kita perhatikan. Dan di dalam dialog tersebut Tuhan Yesus memperkenalkan dan menyatakan diriNya kepada perempuan itu.

Pertemuan dan dialog antara Tuhan Yesus dan perempuan Samaria itu menjadi sebuah khotbah untuk dapat kita renungkan dan laksanakan di dalam kehidupan sehari-hari. Marilah kita mempelajari apa yang menjadi pokok pengajaran Firman Tuhan pada hari Minggu ini.

 

1.            Berilah Aku Minum

Waktu perempuan Samaria datang ke sumur Yakub untuk menimba air adalah ketika siang hari, kira-kira pukul dua belas. Yang menjadi pertanyaan, “kenapa perempuan Samaria mengambil air pada siang hari, tepat matahari bersinar dengan teriknya?

Seyogyanya ketika siang hari atau ketika matahari bersinar dengan teriknya, manusia pada umumnya beristirahat di rumah atau tempat dimana mereka bekerja. Selain beristirahat, waktu siang hari itu biasanya dilakukan orang pada umumnya untuk makan siang atau sekedar duduk untuk mengumpulkan tenaga kembali, sebelum melanjutkan aktivitasnya.

Lalu, kenapa perempuan Samaria datang mengambil air dimana orang-orang sedang beristirahat? Ternyata dia datang pada siang hari untuk menghindari bertemu dengan banyak orang. Perempuan itu menghindar karena dia sudah dijauhi oleh banyak orang karena dia sudah mempunyai lima orang suami dan pada saat itu dia tinggal bersama dengan laki-laki yang bukan suaminya (Yoh.4:18).

Tetapi bagaimana respon Tuhan Yesus dengan stigma yang masih melekat pada perempuan Samaria itu? Tuhan Yesus berkata kepadanya, “Berilah Aku minum!” (ay.7). Perkataan dan juga permintaan yang sangat mengejutkan yang disampaikan oleh Tuhan Yesus.

Apakah maksud dari perkataan Tuhan Yesus?

a.       Menghancurkan Tembok Eksklusivisme

Cukup menarik situasi yang terjadi pada saat itu antara golongan Yahudi dan Samaria. Ada perang laten antara kedua golongan tersebut yang sebenarnya berasal dari leluhur yang sama (Pernyataan dari perempuan Samaria di ayat 12, “Adakah Engkau lebih besar dari bapa kami Yakub...”).

Yang menjadi penyebab perseteruan itu adalah karena “hak  ke-Yahudian” dari orang-orang Samaria telah hilang menurut aturan dan tradisi Yahudi karena orang Samaria melakukan “perkawinan campur” dengan bangsa Asyur ketika terjadi peperangan dengan bangsa itu. Orang-orang Samaria tidak lagi dianggap sebagai ras Yahudi dan “dicoret” dari silsilah ke-Yahudian.

“Peperangan laten” itu juga diungkapkan perempuan Samaria dengan berkata di ayat 9, “.... Masakan Engkau, seorang Yahudi, minta minum kepadaku, seorang Samaria? (Sebab orang Yahudi tidak bergaul dengan orang Samaria).” Jelas terbangun tembok besar yang memisahkan antara Yahudi dan Samaria, yang sekali lagi saya katakan bahwa mereka berasal dari leluhur yang sama.

Ini mengingatkan kita pada situasi yang kita hadapi pada saat ini. Manusia berasal dari satu leluhur yang sama (Alkitab: Adam), tetapi sampai saat ini masih ada yang menyatakan bahwa dirinya lebih baik dari orang lain, sukunya lebih baik dari suku yang lain, negaranya lebih baik dari negara yang lain bahkan mengatakan gerejanya lebih baik dari gereja yang lain.

Tuhan Yesus melalui Injil Yohanes mulai membuka “tabir” tentang tujuan dari kedatangan Yesus ke dunia, yaitu: Yesus yang adalah Tuhan datang ke dunia untuk menyelamatkan semua manusia dari dosa.”

Sebelum terjadi dialog antara Tuhan Yesus dan perempuan Samaria, sebenarnya Tuhan Yesus juga sudah berniat untuk menghancurkan tembok itu dengan kedatanganNya bersama para murid ke kota di Samaria. Ya, Tuhan Yesus datang untuk menghancurkan tembok-tembok pemisah diantara sesama manusia. Karena, kedatangan Tuhan Yesus untuk memberikan keselamatan secara universal. Siapa yang percaya, dia akan diselamatkan dan memperoleh kehidupan yang kekal.


b.     Menunjukkan Sisi Kemanusiaan Dari Yesus

Kata “haus” menunjukkan sisi kemanusiaan dari setiap orang yang hidup di dunia ini. Bahkan dikatakan “Lebih baiklah kita lapar, daripada kita haus!” Kebutuhan tertinggi manusia terdapat pada “air.” Lapar bisa ditahan, tetapi haus harus segera dituntaskan!

Ini jugalah yang menjelaskan tentang hakikat kemanusiaan dari Yesus. Yesus betul-betul datang menjadi seorang Manusia, dan juga sebagai Tuhan. Ini bukti kasih Bapa kepada anak-anakNya, yang datang melalui diri Yesus Kristus. Disini, Yesus merasakan bagaimana hidup sebagaimana manusia.

Hal ini juga membawa kita pada sebuah pemahaman, bahwa Yesus juga merasakan segala pergumulan, kesulitan dan penderitaan yang kita alami selama hidup di dunia ini. Tuhan Yesus hadir diantara kita dan merasakan apa yang kita rasakan.

 

c.      Mengaplikasikan Bahwa Manusia Dapat Menjadi Berkat Bagi Sesama

Kembali kepada perempuan Samaria yang berlatar belakang sebagai orang yang berdosa (status rumah tangga yang tidak jelas, hidup di dalam perzinahan). Tuhan Yesus mau berdialog dan bahkan meminta air untuk minum kepada perempuan Samaria.

Hal inilah yang mau membawa kita kepada sebuah “karakter” yang diajarkan oleh Tuhan Yesus. Ketika Tuhan berkehendak kepada kita untuk melakukan perintahNya, harus dengan jelas kita menunjukkan sikap dan perilaku sesuai dengan apa yang difirmankanNya kepada kita.

“Berilah Aku minum!” adalah sebuah perintah kepada setiap orang yang percaya untuk mau membantu dan memberikan pertolongan kepada sesama manusia. Banyak orang-orang yang “kehausan,” banyak orang-orang yang butuh pertolongan, banyak orang-orang yang butuh diperhatikan, banyak orang-orang yang butuh kekuatan, maka hadirlah untuk membantu dan menolong mereka bersama dengan kuasa Roh Tuhan.

Tuhan memberkati kehidupan kita untuk dapat menjadi berkat bagi sesama kita. Tuhan menyertai kehidupan kita agar kita diarahkan untuk membantu sesama kita. Tuhan melindungi kita agar kita juga dapat melindungi sesama kita. Inilah cara Tuhan Yesus memberikan teladan dan pengajaran kepada orang-orang yang percaya.

Menjadi berkat bagi sesama bukanlah sebuah pilihan, tetapi menjadi berkat bagi sesama adalah sebuah keharusan yang dilakukan oleh orang-orang yang telah bertemu dengan Tuhan Yesus. Perjumpaan dengan Tuhan Yesus di dalam keimanan kita, adalah sebuah dasar untuk menjadi pelaku-pelaku firmanNya.

 

2.   Tuhan Yesus Adalah Air Kehidupan

Di dalam teks ini, Tuhan Yesus terlebih dahulu “membuka percakapan” kepada perempuan Samaria itu (ayat 7). Tuhan Yesus terlebih dahulu mau melihat bagaimana respon dari pengenalan perempuan itu terhadap diriNya. Ternyata pengenalannya hanya sebatas status sebagai “orang Yahudi.”

Tuhan Yesus kembali ingin membuka “sebatas apa pengetahuan” dari perempuan Samaria itu terhadap diriNya dengan berkata di ayat 10, jikalau perempuan itu tahu tentang karunia melalui diri Yesus Kristus, permintaan Tuhan Yesus tentang “beri Aku minum,” dapat saja “dibalikkan” menjadi, “justru Engkaulah yang seharusnya memberi aku minum, supaya aku tidak lagi merasa haus.”

Tetapi dengan jelas perempuan Samaria itu menyampaikan “pengetahuannya” tentang Yesus di ayat 11-12, “... Tuhan, Engkau tidak punya timba dan sumur ini amat dalam; dari manakah Engkau memperoleh air hidup itu? Adakah Engkau lebih besar dari pada bapa kami Yakub, yang memberikan sumur ini kepada kami dan yang telah minum sendiri dari dalamnya, ia serta anak-anaknya dan ternaknya?

Pernyataan sekaligus pertanyaan yang menunjukkan ketidaktahuan dan keingintahuan dari perempuan Samaria tentang siapa Yesus. Karena ketidaktahuannya terhadap Yesus, dia menyampaikan keingintahuannya. Situasi yang sangat alamiah yang ditunjukkan oleh perempuan tersebut.

Hal ini sama situasinya dengan seseorang yang semakin ingin mengetahui tentang siapa dan bagaimana sifat Tuhan Yesus. Alkitab, khotbah dan pengajaran, hanya “sebagian kecil” cara untuk mengenal siapa Tuhan kita Yesus Kristus. Hal terbesar untuk semakin mengenal siapa Tuhan Yesus dan bagaimana karakterNya adalah dengan mengenalNya secara pribadi di dalam persekutuan pribadi denganNya.

Ini dapat menjadi sebuah kritik bagi para pelayan di gereja dan juga jemaat. Doa dan firman Tuhan bukanlah sebuah rutinitas. Menggumuli Firman Tuhan tidak hanya ketika akan berkhotbah, tetapi menjadi kehidupan setiap hari. Berdoa bukan hanya menyampaikan permintaan tentang apa yang kita butuhkan, tetapi menjadi jalan untuk mengenali siapa yang menjadi “Tujuan” dan “Alamat” dari doa kita itu.

Ketika itu belum terjadi, maka dengan “sangat mudah” iblis akan “mengecoh keimanan” kita. Tidak sedikit orang yang meninggalkan imannya kepada Kristus karena pengenalannya yang kurang.

Seperti pertanyaan perempuan Samaria itu kepada Tuhan Yesus:

a.        Tuhan, Engkau tidak punya timba dan sumur ini amat dalam; dari manakah Engkau memperoleh air hidup itu?

      Sederhana mengaplikasikan pertanyaan ini di dalam kehidupan sekarang: “Tuhan, bagaimana Engkau mampu memberikanku kesehatan, pekerjaan dan segala kebutuhanku, sementara hidupku selalu di dalam kesulitan?” Atau pertanyaan “Dimanakah Engkau Tuhan ketika aku mengalami masalah?”

 

b.       Adakah Engkau lebih besar dari pada bapa kami Yakub, yang memberikan sumur ini kepada kami dan yang telah minum sendiri dari dalamnya, ia serta anak-anaknya dan ternaknya?

      Sederhana pula membawa pertanyaan ini di dalam situasi saat ini: “Tuhan, bagaimana Engkau melepaskan kami dari Pandemi Covid-19 ini? Sudah banyak paramedis dan saudara-saudari kami yang gugur di masa pandemi ini, dimana kuasaMu?” Atau pertanyaan, “Bagaimana Engkau Tuhan melepaskanku dari kesulitan ekonomi di masa pandemi ini?”

Jelas dan nyata masih terjadi di dalam situasi saat ini melalui pertanyaan dari perempuan Samaria itu.

Namun, Tuhan Yesus memberikan kesimpulan tentang siapa diriNya di dalam ayat 13-14, “.. Barangsiapa minum air ini, ia akan haus lagi, tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal.

Tuhan Yesus “membalikkan keadaan” dari yang awalnya “meminta air minum” karena haus menjadi “memberikan air untuk diminum” agar tidak haus untuk selama-lamanya. Setelah Tuhan Yesus menunjukkan kemanusiaanNya dengan menyatakan sifat manusia pada umumnya, akhirnya Tuhan Yesus juga menyatakan diriNya sebagai Tuhan yang membawa kehidupan yang kekal dari sorga.

Sifat manusia yang selalu haus (tidak pernah merasa puas) akan dikalahkan dengan sabda Tuhan yang “menghentikan” semua keinginan daging dan keinginan duniawi manusia. Hal ini menjadi sebuah teguran untuk sifat manusia yang tidak pernah merasa cukup.

Datang kepada Tuhan Yesus dan minta Roh Tuhan tinggal di dalam hidup kita, sehingga kita dapat menyembah Tuhan di dalam Roh dan Kebenaran. Air yang dikatakan Tuhan Yesus adalah “pengampunan dosa” yang memberikan pembaharuan di dalam kehidupan yang kekal bersamaNya.

Setelah air itu mengalir di dalam hidup kita, maka kita juga akan menjadi mata air yang terus-menerus memancar, menyatakan pengampunan untuk sesama kita manusia. Dan itulah wujud bahwa kita telah menerima pengasihan dan anugerah di dalam Tuhan Yesus.

Setelah kita menerima Air Kehidupan itu, maka kita akan menjadi Manusia yang baru. Manusia yang penuh dengan karunia. Manusia yang penuh dengan pengampunan. Dan manusia yang menjadikan dirinya sebagai saluran anugerah bagi sesama.

    Perhatikan cara hidup mereka:

-       HANA dan ELKANA yang menerima kasih Tuhan melalui kehadiran seorang anak yang telah lama dinantikan. Kemudian anak tersebut, yaitu Samuel dipersembahkan kepada Tuhan untuk melayani Tuhan.

-       Marthin Luther yang diselamatkan dari marabahaya mempersembahkan dirinya menjadi pemberita Injil.

-       Nommensen yang menerima kasih karunia melalui kesembuhan dari penyakit, dia mempersembahkan dirinya menjadi pemberita Injil sampai ke tanah Batak.

Katakanlah bahwa “Aku sudah mendengar tentang Yesus, aku sudah bertemu denganNya dan aku sudah tinggal di dalamNya.” Maka air kehidupan akan tetap mengalir di dalam diri kita. Amin.

Syalom..!! 

Selamat hari Minggu untuk kita semua..!! 

Tuhan Yesus Memberkati..!!


Pdt. Ferdinand Fernando Silaen.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAZMUR 85:9-14

KEHIDUPAN DI DALAM JANJI TUHAN (KEJADIAN 9:8-17)

YOHANES 3:14-21 / JOHANNES 3:14-21