MARKUS 10:35-45
KHOTBAH
MINGGU XVIII
SETELAH TRINITATIS
Minggu, 11
Oktober 2020
Evangelium : Markus 10 : 35 – 45
Topik : Kepemimpinan Yang Menghamba
Saudara-saudari yang
terkasih di dalam Tuhan Yesus Kristus..!!
I.
Injil Markus memiliki sebuah ciri khas tersendiri dalam penekanan
tentang siapa Tuhan Yesus. Di dalam Injil ini sangat jelas menunjukkan sosok
Tuhan Yesus sebagai “Anak Manusia.” Tuhan Yesus sebagai Anak
Manusia ditekankan untuk keluar dari unsur politis, atau secara jelas dikatakan
keluar dari bagian struktur negara ataupun kerajaan di dalam dunia. Karena di
dalam pengajaranNya, Tuhan Yesus memperkenalkan tentang Kerajaan yang datang
dari Surga.
Dalam pemaknaan Anak Manusia,
justru Tuhan Yesus memperkenalkan diriNya yang menjadi rupa seorang manusia.
Dan lebih jelas penekanannya, bahwa Yesus datang justru sebagai “Hamba”
yang datang untuk melayani dan memberikan nyawaNya sebagai tebusan bagi banyak
orang.
Gelar keilahian “Anak Manusia”
juga sebenarnya menekankan bahwa meskipun Tuhan Yesus datang menjadi rupa
Manusia, tetapi Dia bukanlah seperti manusia biasa; baik secara pemikiran,
perkataan dan perbuatan. Dia adalah Tuhan yang memakai rupa dan karakter
seorang Hamba yang patuh kepada Bapa. Justru “sampul” sebagai seorang
Manusia adalah untuk menanggung kelemahan manusia yang lainnya.
Melalui khotbah hari ini, kita
akan melihat bagaimana Tuhan Yesus memperkenalkan diri dan juga mengarahkan
kepada sebuah Teladan yang harus dihidupi oleh para murid, begitu juga bagi kita
para pengikut Kristus.
Saudara-saudari yang terkasih di dalam Tuhan Yesus
Kristus..!!
II.
Secara bertahap, saya akan menguraikan beberapa inti pemberitaan Injil
melalui teks khotbah pada hari ini:
1. Jadilah KehendakMu Di Bumi
Seperti Di Surga
Teks ini dimulai
dengan Yakobus dan Yohanes anak Zebedeus mendekati
Tuhan Yesus dengan “membawa sebuah permintaan.” Seperti yang
mereka sampaikan kepada Tuhan Yesus di ayat 35, “Guru, kami
harap supaya Engkau kiranya mengabulkan suatu permintaan kami!”
Hal ini adalah
sesuatu yang sangatlah wajar dan tentu saja masih nyata terjadi di dalam
kehidupan orang Kristen pada saat ini. Sebagai orang Kristen, ketika kita
memiliki sebuah pengharapan ataupun cita-cita, kita pasti akan membawa itu ke
dalam doa kita kepada Tuhan. Bahkan kita akan semakin sering
lagi untuk berdoa, ketika kita sangat-sangat berharap dan menginginkan
hal tersebut. Sama seperti kedua murid tersebut yang langsung datang meminta
Tuhan Yesus mengabulkan permintaan mereka.
Tuhan Yesus tahu
maksud dari kedatangan mereka, sama seperti Tuhan Yesus tahu apa yang kita
minta di dalam doa kita. Tuhan Yesus menjawab dengan lembut di ayat 36,
“Apa yang kamu kehendaki Aku perbuat bagimu?.” Lalu kedua murid
tersebut menyampaikan keinginan mereka, “Perkenankanlah kami duduk dalam
kemuliaanMu kelak, yang seorang lagi di sebelah kanan-Mu dan yang seorang lagi
di sebelah kiri-Mu.”
Apakah permintaan
mereka itu adalah sebuah kewajaran sebagaimana mereka manusia? Ya,
permintaan mereka itu sangat wajar. Mereka bukan tidak mengenal siapa
Tuhan Yesus, tetapi karena mereka justru sudah mengenal bahwa Tuhan Yesus akan
dipermuliakan setelah menghadapi penderitaan. Tuhan Yesus telah menyampaikan
itu kepada para Murid.
Hal ini sudah
disampaikan di dalam Markus 10:33-34, “Sekarang kita pergi
ke Yerusalem dan Anak Manusia akan diserahkan kepada imam-imam kepala dan
ahli-ahli Taurat, dan mereka akan menjatuhi Dia hukuman mati. Dan mereka akan
menyerahkan Dia kepada bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, dan Ia akan
diolok-olokkan, diludahi, disesah dan dibunuh, dan sesudah tiga hari Ia akan
bangkit.”
Tuhan Yesus memberi
respon yang sangat baik kepada mereka berdua, “KAMU TIDAK TAHU apa yang
kamu minta. Dapatkah kamu meminum cawan
yang harus Kuminum dan dibaptis dengan baptisan yang harus Kuterima?” Tidak
ada satupun dari perkataan Tuhan Yesus yang mengatakan bahwa permintaan mereka
salah.
Hal ini hampir sama
seperti pengharapan-pengharapan kita yang kita sampaikan di dalam doa.
- Salahkah kita meminta kesehatan kepada Tuhan? Jawabannya:
TIDAK SALAH.
- Salahkah kita meminta umur panjang kepada Tuhan?
Jawabannya: TIDAK SALAH.
- Salahkah kita meminta hikmat dan kebijaksanaan kepada Tuhan?
Jawabannya: TIDAK SALAH.
- Salahkah kita meminta kehidupan yang lebih baik melalui pekerjaan, rezeki dan setiap usaha yang kita lakukan? Jawabannya: TIDAK SALAH.
Tidak salah dan itu wajar. Mari kita membaca Markus
10:28, “Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut
Engkau!” Simon Petrus mewakili para murid yang lain untuk menunjukkan
totalitas mereka dalam mengikut Tuhan Yesus. Mereka meninggalkan segala apa
yang ada pada mereka sebelumnya: pekerjaan, keluarga
dan tempat tinggal mereka. Karena totalitas itulah, mereka
menginginkan “upah” atas pengorbanan yang telah
mereka lakukan dalam mengikut Tuhan Yesus.
Seperti totalitas
orang Kristen yang mau meninggalkan keinginan-keinginan duniawi, sangat wajar
bahwa muncul “tuntutan” ataupun bahasa yang sering kita dengar
adalah “pengharapan” untuk “menggantikan” apa yang
telah dikorbankan tersebut. Dan sama seperti pengharapan orang Kristen pada
umumnya, ketika totalitas dalam mengikut Tuhan Yesus hadir dan dihidupi, maka pengharapan
akan Kerajaan Surga akan lahir di dalam diri orang Kristen.
a. Apakah
ada orang Kristen yang hidup di dalam kesetiaannya tidak mengharapkan hidup
bersama dengan Tuhan Yesus? Tentu berharap bukan dengan kehidupan bersama
dengan Tuhan Yesus?
b. Apakah
ada orang Kristen yang hidup di dalam pengorbanannya di dunia ini tidak
mengharapkan hidup bersama dengan Tuhan Yesus di dalam KerajaanNya? Tentu
berharap bukan dengan Kerajaan Surga?
Itu adalah pengharapan-pengharapan yang umumya kita minta di
dalam setiap doa kita. Tidak ada yang salah dengan itu.
Saudara-saudari yang terkasih di dalam Tuhan Yesus
Kristus..!!
Mari kita mencoba
mengingat doa-doa yang kita sampaikan selama ini kepada Tuhan? Apa yang umumnya
mendominasi dari doa-doa kita itu? Tidak jauh dan tidak bukan adalah permintaan.
Ya, umumnya doa didominasi oleh permintaan, bahkan bisa mencapai 90% isi doa “hanya
permintaan.”
Sama seperti seorang
anak kepada orang tuanya. Ketika setiap permintaan anak tersebut “selalu
dengan cepat” diberikan atau dikabulkan oleh orang tuanya, maka
permintaan si anak akan semakin banyak dan dia sangat yakin bahwa “selalu
dengan cepat orang tua akan mengabulkan permintaannya,” apapun itu!
Yohanes dan Yakobus
tidak “menyangsikan” bagaimana kuasa Tuhan Yesus yang mampu
melakukan tanda-tanda dan mujizat-mujizat. Dan karena mereka merasa sudah dekat
dengan Tuhan Yesus, mereka meyakini bahwa apapun permintaan mereka akan
dikabulkan oleh Tuhan Yesus, termasuk untuk duduk bersama dengan Tuhan Yesus di
dalam KerajaanNya.
Begitu juga dengan
doa yang kita sampaikan. Kenapa kita mau berdoa kepada Tuhan Yesus? Karena ada keyakinan
di dalam diri kita, bahwa Tuhan mampu dan berkuasa untuk mengabulkan
permohonan-permohonan kita. Oleh sebab itulah jawaban Tuhan Yesus kepada kedua
muridNya itu dimulai dengan kalimat, “KAMU TIDAK TAHU?”
Apa yang “tidak
mereka dan kita ketahui?” Sebuah prinsip Keilahian. Apa itu? Dekat
kepada Tuhan Yesus, bukan semakin “menjadikan Tuhan Yesus seturut dengan
keinginan kita!!” Tetapi dekat dengan Tuhan Yesus, justru menjadikan “diri
kita seturut dengan kehendakNya.” Inilah yang harus kita ketahui.
Dan selanjutnya
Tuhan Yesus melanjutkan jawabannya dengan pertanyaan, “Dapatkah kamu
meminum cawan yang harus Kuminum dan dibaptis dengan baptisan yang harus
Kuterima?” Apa maksud dari pertanyaan Tuhan Yesus tersebut?
a. Meminum cawan yang harus
Kuminum.
Cawan itu
menggambarkan Daging dan Darah Kristus di dalam pengorbanan di kayu salib.
Artinya mereka akan turut menderita sama seperti Yesus yang menyerahkan
nyawaNya untuk pengampunan dosa atas manusia, karena itulah tujuan Tuhan Yesus
datang ke dunia ini.
b. Dibaptis dengan baptisan yang
harus Kuterima.
Baptisan
melambangkan sebuah kehidupan yang baru. Baptisan berarti mati dan bangkit
kembali di dalam kehidupan yang baru itu, yaitu kehidupan bersama dengan Tuhan
Yesus.
Yakobus dan Yohanes tahu dengan maksud Tuhan Yesus itu. Dan mereka menjawab, “Kami dapat.” Demi keinginan mereka yang akan dikabulkan Tuhan Yesus, mereka siap dengan konsekuensinya. Sama seperti seorang anak yang berkeinginan untuk dibelikan mainan baru dari orang tuanya. Orang tuanya berkata, “Mainan itu akan kubelikan, tapi kamu harus dapat juara di sekolah.” Anak tersebut mengatakan “ya saya sanggup!” Dia akan berusaha mendapatkan juara supaya mainan itu dibelikan oleh orang tuanya.
Tuhan Yesus merespon
kembali jawaban mereka, “Memang, kamu akan meminum cawan yang harus
Kuminum dan akan dibaptis dengan baptisan yang harus Kuterima. Tetapi hal duduk
di sebelah kanan-Ku atau di sebelah kiri-Ku, Aku tidak berhak memberikannya.
Itu akan diberikan kepada orang-orang bagi siapa itu telah disediakan.”
Tuhan Yesus bukan
menolak permintaan mereka dan bukan pula menjanjikan mengabulkan seperti
permintaan mereka berdua. Tetapi, Tuhan Yesus membawa mereka kepada dunia yang
sebenarnya di dalam mengikut Tuhan Yesus.
“Jadilah KehendakMu, di bumi seperti di surga!!!!”
Biarlah mereka mengikuti
apa yang dikehendaki Bapa saja. Sama seperti Tuhan Yesus yang mengikuti
kehendak Bapa untuk menjadi rupa manusia dalam missi penebusan manusia atas
dosa. Kehendak Ilahi, kehendak Sorgawi dan kehendak Bapa di sorga-lah yang
harus kita lakukan.
“Penyerahan
diri sepenuhnya” kepada Tuhan Yesus, itulah yang harus dihidupi oleh
para pengikut Kristus. Semakin kita dekat dengan Tuhan Yesus, maka kita
semakin menyerahkan diri kita seturut dengan kehendakNya. Biarlah Dia
yang berkarya atas hidup kita.
Tuhan akan menyediakan apa yang telah disediakan bagiku dan bagimu.
Bukan berdasarkan keinginanku dan keinginanmu, tetapi berdasarkan atas hak dan kuasa
Tuhan semata.
2. Jadilah Murid Yang Melayani
Cerita ini kemudian
dilanjutkan di ayat 41, para murid mendengar perbicangan Yakobus,
Yohanes dan Tuhan Yesus. Ketika kesepuluh murid yang lain mendengar
perbincangan mereka, apa yang menjadi respon mereka? Mereka marah
kepada Yakobus dan Yohanes.
Timbul pertanyaan?
Kenapa mereka bisa marah, kan Tuhan Yesus saja tidak marah? Ya, mereka jelas
marah! Karena mereka juga memiliki keinginan yang sama dengan Yohanes dan
Yakobus. Kalau keinginan mereka sama, kenapa harus marah? Jelas mereka
marah, karena mereka merasa “sudah didahului” oleh Yakobus dan
Yohanes. Muncullah kecemburuan diantara kesepuluh murid yang
lain.
Karena kesepuluh
murid lain merasa marah, lalu di dalam ayat 42, Yesus lalu
memanggil dan mengumpulkan semua murid dan Tuhan Yesus memberikan pemahaman
kepada mereka semua. Tuhan Yesus menjelaskan sebuah pemahaman baru kepada
mereka di dalam ayat 43-45. Pemahaman itu terurai demikian:
Tuhan Yesus memperbandingkan Kerajaan yang dibawaNya dengan kerajaan serta pemerintahan yang ada di dunia ini. Kita bisa mengarahkan dengan kata “Politik” di era modern saat ini. Pada dasarnya, politik adalah sebuah usaha untuk mengembangkan ataupun membuat sebuah negara menjadi lebih baik, dan memang hal itu membutuhkan kekuasaan.
Namun, di era modern
ini, agar mendapatkan kekuasaan tersebut, maka banyak yang melakukan berbagai
cara: cara yang baik dan cara yang tidak baik. Tuhan Yesus mengidentifikasi itu
dengan pernyataan “pemerintah dengan tangan besi.” Ada otoritas
kekuasaan untuk memperbesar wilayah kekuasaan dan otoritas untuk “mengawetkan”
kekuasaannya.
Namun, Tuhan Yesus
mengajari untuk menjadi “lebih besar” di dalam konsep KerajaanNya
adalah dengan hidup rendah hati sebagai seorang pelayan. Dan
barangsiapa ingin menjadi terkemuka, hendaklah ia menjadi hamba
untuk semuanya. Itulah karakter Tuhan Yesus sebagai Anak Manusia yang harus
menjadi karakter para pengikutNya.
Kita dapat membuat
contoh nyata secara sederhana demikian: Ketika seorang bapak di tengah-tengah
keluarga ingin mengajari anaknya agar mau mencuci piring, cara yang terbaik
selain mengarahkan melalui perkataan adalah sang bapak tersebut juga harus
memperlihatkan dirinya sedang mencuci piring di hadapan anaknya.
Ketika seorang bapak
yang adalah “orang nomor satu” di dalam keluarga itu mau “melayani” dengan
mencuci piring, maka anak-anaknya akan “terkonsep” menjadi
orang-orang yang tidak gengsian, mau bekerja, tidak
egois dan mau melayani. Sangat sederhana.
Itulah yang menjadi
kesimpulan yang disampaikan oleh Tuhan Yesus tentang tujuan kedatanganNya. “Karena
Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk
memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan banyak orang.”
Jadilah pengikut Tuhan Yesus yang rendah hati dan mau melayani.
Karena Tuhan Yesus hidup di dalam kerendahan hati dan menjadi Hamba yang melayani.
Itulah karakter seorang pengikut Tuhan Yesus yang harus kita hidupi. Tuhan Yesus
menyertai kita di dalam melakukan firmanNya. Amin.
Syalom..!!
Selamat hari Minggu untuk kita semua..!!
Tuhan Yesus Memberkati..!!
Pdt. Ferdinand Fernando Silaen
Komentar
Posting Komentar