KEHIDUPAN DI DALAM JANJI TUHAN (KEJADIAN 9:8-17)


 

TULISAN KHOTBAH MINGGU INVOCAVIT

“Bila Ia Berseru Kepada-Ku, Aku Akan Menjawab”

( Mazmur 91 : 15a )

Minggu, 21 Februari 2021

Evangelium     :  KEJADIAN 9 : 8 – 17

Topik Minggu :  Janji Dan Kuasa Allah 

Saudara-saudari yang terkasih di dalam Tuhan Yesus Kristus..!!

 

I.              PENDAHULUAN

Teks di dalam perikop ini berasal dari sumber P (Priest, kaum Imamat). Secara keseluruhan di dalam sumber P dan secara khusus di dalam teks ini dituturkan tentang sejarah keselamatan Israel. Dalam peristiwa mengenai air bah, secara terperinci penulis dari sumber P memaparkan bagaimana detail dari peristiwa, tokoh dan beberapa objek di dalam sebuah kesimpulan tentang “Kuasa TUHAN atas bumi dan semesta.”

Secara penulisan, cerita mengenai air bah tetap mengarah kepada suatu Subjek yang tidak dapat diganggu gugat, yaitu TUHAN yang transenden (agung, berkuasa). Ketika “pusat” dari pemberitaan itu telah didapatkan, maka secara tidak langsung tulisan ini juga menyiratkan bagaimana manusia harus tunduk kepada TUHAN dan diarahkan juga tentang bagaimana hubungan yang benar kepada TUHAN.

Di dalam Kitab Kejadian pasal 1-9 menekankan bahwa manusia itu adalah makhluk yang fana, ciptaan TUHAN, memberontak kepada TUHAN. Terdapat juga sifat manusia yang mengasingkan diri dari TUHAN yang membawanya kepada penghukuman karena sudah tidak berada di dalam persekutuan bersama dengan TUHAN Sang Pencipta. 

Karena perbuatan manusia itulah dibutuhkan “anugerah keselamatan” yang tidak didapatkan atau tidak dapat dilakukan oleh manusia itu sendiri, melainkan kepada kuasa mutlak dari TUHAN. TUHAN sendiri yang menghukum dan karena kasihNya, TUHAN juga yang memberi keselamatan kepada manusia yang tetap mau hidup di dalam persekutuan kepada TUHAN.

Cerita mengenai air bah ini tidak sepenuhnya real dengan kisah yang ada. Kisah nyata air bah yang menjadi sumber utama dari kisah ini berasal dari bagian selatan Mesopotamia. Namun, sudah diberikan penambahan-penambahan untuk memperkuat dan memberi kesimpulan atas alasan dan juga akibat serta tujuan dari terjadinya peristiwa itu dengan meletakkan TUHAN sebagai Subjek Utama dari kisah itu.

Kita akan melihat bagaimana penulis dari sumber P memberikan pemahaman dan penggalian atas peristiwa ini. Sebelum peristiwa air bah terjadi, terdapat mitologi yang sengaja disisipkan oleh penulis mengenai “manusia purbakala.” Seperti cerita tentang perkawinan para dewa dengan manusia yang fana adalah hal umum dan biasa di dalam mitologi beberapa agama yang berkembang saat itu dan juga sampai saat ini.

Dari hasil perkawinan itu, maka lahirlah manusia purbakala yang dianggap sebagai orang yang gagah perkasa dan kenamaan (Kej.6:4). Dan oleh penulis sumber P, diberi makna yang baru. Perhatikan konteks perikop ini, orang-orang yang perkasa tersebutlah yang menjadi pendahuluan dari kisah air bah.

Kemudian kita akan melihat pokok dasar iman yang tersirat di dalam peristiwa air bah:

1.      Adanya Kenyataan Hukuman

TUHAN tidak hanya menciptakan segala yang tidak ada menjadi ada. Namun, TUHAN juga memelihara setiap ciptaan yang ada sehingga tidak ada yang boleh mengacaukan bahkan sisi terkecil dari ciptaan tersebut. Namun, kejahatan manusia telah menimbulkan kekacauan yang tentu bertentangan dengan kehendak TUHAN atas setiap ciptaan.

Kemudian TUHAN mengkehendaki untuk terjadinya “restorasi.” Namun tidak hanya restorasi, TUHAN membangun ulang untuk karya penciptaanNya termasuk dengan bagaimana hidup dari manusia. Penghukuman melalui peristiwa air bah terjadi dan inilah yang memberi pengertian bahwa apapun tindakan manusia yang dilakukan di dalam kejahatan, maka akan membawanya kepada sebuah kehancuran.


2.      Adanya Kenyataan Penyelamatan TUHAN

Kehendak TUHAN untuk memulihkan bumi dan segala isinya tidak ditutup di dalam penghukuman. Dia akhirnya menunjukkan sebuah sifat yang sangat istimewa yaitu memberi kasih karunia. Dia memberi kasih karuniaNya kepada keluarga yang taat kepadaNya, yaitu keluarga Nuh (Kej.6:8). 

Sampailah dunia kepada sebuah peradaban yang baru, sebuah zaman yang baru setelah peristiwa air bah. Yang sangat istimewa, zaman yang baru ini didasari oleh “Janji TUHAN.” TUHAN berjanji akan memberi kelestarian dan keteraturan yang abadi kepada dunia dan isinya (Kej.8:21).

TUHAN yang membentuk perjanjian baru di dalam JanjiNya kepada manusia dan dunia (Kej. 6:18; 9:9-11; 15:1). Janji TUHAN inilah yang pada hari Minggu ini menjadi berita sukacita bagi kita semua melalui khotbah dari perikop Kejadian 9:8-17.

Untuk lebih mendalami dan merefleksikan di dalam kehidupan kita saat ini, marilah melalui pertolongan Roh Kudus, kita mengikuti dan memahami khotbah yang akan kita hidupi sebagai dasar iman kita kepada Tuhan kita Yesus Kristus.


Saudara-saudari yang terkasih di dalam Tuhan Yesus Kristus..!!

 

II.           POINTER  KHOTBAH 

Saat ini adalah saat dimana kita berada di masa munculnya “Era Peradaban Dunia Yang Baru.” Tidak dapat dipungkiri, kemunculan pandemi Covid-19 di tahun 2019 yang bermula dari wilayah Wuhan, Cina telah mengubah cara dan perilaku manusia di bumi ini. Ada hal lama yang ditinggalkan dan ada hal baru yang harus menjadi sebuah adaptasi baru dalam menjalani kehidupan selanjutnya.

Peradaban baru ini bisa diibaratkan dengan “air bah” yang disimbolkan dengan “pandemi Covid-19” yang belum kunjung usai sampai pada hari ini. Tidak hanya pandemi Covid-19 yang melenyapkan beberapa kebiasaan manusia, kita sudah diserang dengan “perubahan iklim yang ekstrem” yang membuat manusia betul-betul harus kembali mengintropeksi diri dan merubah sesuatu yang buruk menjadi lebih baik lagi. Karena TUHAN sedang memperbaiki di dalam perubahan ini tanpa ada pemusnahan seperti yang telah dijanjikanNya kepada dunia.

Melalui khotbah ini, saya akan membagi beberapa point sebagai garis besar dari Firman TUHAN yang akan membawa kita kepada kehidupan kerohanian yang jauh lebih baik dari sebelumnya.

 

1.      TUHAN Memulai Dengan JanjiNya (Ay. 8-11)

Dengan apa sesungguhnya dunia dan juga manusia bermula? Semua bermula dengan Firman. Firman yang menunjukkan kuasa TUHAN. Dia berfirman maka semua akan terjadi menurut kehendakNya. Dan apapun yang telah difirmankan olehNya tidak dapat diganggu gugat oleh siapapun dan apapun. Segalanya dimulaiNya dengan berfirman.

Firman TUHAN dapat kita gambarkan secara sederhana sebagai ide TUHAN untuk mengadakan sebuah perbuatan yang ajaib dan berkuasa. Ide yang menjadi kehendak TUHAN ini mutlak dan sempurna. Jadi, sejak TUHAN berfirman maka “ide yang sempurna” itu juga sudah terungkapkan.

Perikop ini (9:8) dimulai dengan TUHAN yang berfirman kepada Nuh dan anak-anaknya yang bersama-sama dengan dia. TUHAN menyatakan kesempurnaanNya kepada Nuh yang telah memperoleh kasih karunia.

Ada kekhususan dan keistimewaan dari Nuh atas anugerah dan pertemuanNya dengan TUHAN. Untuk mendapatkan “ide sempurna” (firman) dari TUHAN, tentu sebelumnya Nuh sudah masuk di dalam “kriteria” tertentu. Dan dijelaskan di dalam teks-teks sebelumnya bahwa keluarga Nuh adalah salah satu keluarga yang taat kepada TUHAN dan selalu berlaku yang tidak bercacat di hadapan TUHAN (6:7).

Ini salah satu point penting yang dapat kita hidupi dari sosok Nuh, yaitu hidup berkenan dan bergaul dengan TUHAN.

Di tengah zaman yang serba maju saat ini dan juga tantangan kehidupan yang semakin berat, semakin “menggoda” manusia untuk tidak lagi dekat dan bergaul dengan TUHAN. Terkhusus para pengikut Kristus yang semakin menunjukkan karakter yang jauh dari pada Tuhan Yesus.

Tentu karakter yang seperti itu akan “menutup pendengaran rohani” untuk Tuhan Yesus yang akan berfirman kepada dirinya. Kenyataan ini dapat disamakan dengan karakter manusia pada zaman Nuh yang jauh daripada perkenaan TUHAN.

Dari berbagai sumber, sudah banyak negara-negara di dunia ini (negara yang maju) yang mayoritas masyarakatnya menyatakan dirinya sebagai orang yang Atheis (tidak mengakui adanya TUHAN). Tidak perlu ditelusuri hal apa yang menimbulkan “anti kepercayaan” seperti itu. Namun, hal itu menjadi sebuah tantangan berat, ditambah dengan kerusakan alam, perubahan iklim yang drastis serta pandemi Covid-19, untuk para pengikut Kristus di dunia ini.

Sama seperti Nuh yang sebelumnya ditertawakan oleh orang-orang yang hidup sezamannya karena mengerjakan sebuah bahtera di atas gunung, seperti itu jugalah kemungkinan yang terjadi bagi orang-orang yang tetap mengerjakan kegiatan keagamaan di dunia ini. Bahkan tidak sedikit dari kehidupan keagamaan yang sudah dan akan “menyatukan diri” di dalam kemergelapan dunia dan menonjolkan kesenangan pribadi dibanding dengan pemujian yang khusuk kepada Tuhan Yesus.

Meskipun hal itu harus terjadi, baiklah para pengikut Kristus tetap hidup di dalam kesetiaan dan kemurnian kepada Tuhan Yesus. Karena Tuhan akan tetap memulai dengan firmanNya dan di dalam firmanNya terdapat janji, dan orang-orang yang taat dan percaya akan tetap hidup di dalam janji itu.

Sangat menarik karena TUHAN itu sendiri yang memulai janjiNya kepada manusia dan segala makhluk di dunia ini. JanjiNya: Tidak akan ada lagi pemusnahan untuk segala makhluk di muka bumi ini! (9:11).

Apakah TUHAN menepati janjiNya??

Ya, Dia menepati janjiNya sampai hari ini!

 

Bumi dengan segala kesusahannya belum musnah sampai kepada kedatangan Kristus untuk terakhir kalinya. Prediksi melalui ilmu pengetahuan dan juga beberapa aliran kepercayaan bahwa tidak akan lama lagi bumi musnah karena kerusakan alam yang terjadi, tidak membuat TUHAN untuk melanggar janjiNya. Dia akan tetap menjaga janjiNya dan itulah yang harus kita hidupi.

Hidup kita saat ini adalah bukti dari janji TUHAN kepada dunia! Dan Tuhan Yesus Kristus adalah kesempurnaan janjiNya kepada manusia dan dunia, karena penghukuman telah dilenyapkan melalui pengorbanan Yesus Kristus. Kemudian manusia memperoleh keselamatan di dalam iman kepada Tuhan Yesus.

Saudara-saudari yang terkasih di dalam Tuhan Yesus Kristus..!!


2.      Tanda Perjanjian TUHAN Adalah Kehidupan (Ay.12-17)

TUHAN berjanji untuk mengingat janjiNya (9:15-16). Tidak hanya berjanji, TUHAN juga memberi tanda untuk janjiNya. “Busur-Ku Kutaruh di awan, supaya itu menjadi tanda perjanjian antara Aku dan bumi” (9:13). Busur panah yang tertulis itulah yang kita kenal dengan nama “pelangi.”

Di dalam mitologi kepercayaan kuno, pelangi dianggap sebagai busur panah dewa taufan. Busur itu digantungkan di langit setelah dewa mengalahkan musuh-musuhnya.

Tanda di dalam pelangi itulah yang membuat TUHAN dan juga manusia sama-sama mengingat akan keselamatan yang selalu akan dianugerahkan oleh TUHAN. Di dalam pemahaman “busur” itu terdapat kemenangan dan keselamatan, bahwa TUHAN telah memenangkan manusia dan “kembali” menyelamatkan manusia agar manusia dan dunia tidak musnah.

Tanda dari janji itu adalah sebuah kehidupan!

Hal inilah yang harus kita hidupi saat ini. Perkenaan akan hidup di dalam janji itu adalah mau dengan iman untuk hidup di dalam kebersamaan dengan Tuhan Yesus. Tidak hanya busur/pelangi yang menjadi tanda kehidupan, namun salib adalah kesempurnaan dari kehidupan yang adalah buah dari tanda perjanjian itu.

Siapa yang mau hidup di dalam janji TUHAN, haruslah hidup di dalam iman kepada Tuhan Yesus. Keselamatan dari Tuhan Yesus bukan lagi didasarkan oleh air bah atau bencana alam, tetapi kematian yang menjadi konsekuensi dari dosa. Semua sudah diruntuhkan di dalam kuasa Tuhan Yesus.

Lalu, apa yang harus kita lakukan untuk hidup di dalam janji TUHAN di dalam diri Yesus Kristus?

1.     Tetap bangun kehidupan yang utuh dan dekat kepada Tuhan Yesus

2.   Ceritakan perbuatan Tuhan Yesus kepada sesamamu, agar semakin banyak orang yang hidup di dalam kehidupan dari janji TUHAN

3.     Cintai dan lestarikan alam di sekitarmu sebagai buah dari hubungan baik kepada TUHAN sebagai penjaga dan pemelihara ciptaanNya.

 

Selamat menghidupi janji TUHAN di dalam diri Yesus Kristus dan terima keselamatan daripadaNya! Amin.

 

Syalom..!!

Selamat hari Minggu bagi kita semua..!!

Tuhan Yesus memberkati..!!

 

Pdt. Ferdinand Fernando Silaen

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAZMUR 85:9-14

YOHANES 3:14-21 / JOHANNES 3:14-21