IMAN YANG MENJADI PEMBENARAN DI DALAM YESUS KRISTUS ( Roma 4 : 13 - 25 )
TULISAN KHOTBAH MINGGU REMINISCERE
“Ingatlah
Segala Rahmat-Mu Dan Kasih Setia-Mu, Ya TUHAN”
(
Mazmur 25 : 6 )
Minggu,
28 Februari 2021
Evangelium : ROMA
4 : 13 – 25
Topik : Allah Memperhitungkan Iman Orang Percaya
Saudara-saudari
yang terkasih di dalam Tuhan Yesus Kristus..!!
I.
PENDAHULUAN
Surat
Paulus kepada jemaat Kristen di Roma dituliskan Paulus ketika dia berada di
Korintus. Kemungkinan besar surat ini dituliskan pada Februari – Maret tahun
57. Keadaan Paulus pada saat itu sedang terancam akan dibunuh oleh orang-orang
Yahudi.
Tidak jauh
berbeda “perlawanan” yang terjadi pada diri Paulus ketika dia sedang berada di
Korintus dan juga ketika surat ini dituliskannya. Perlawanan orang Yahudi di
dalam pengajaran tentang Kristus-lah yang menjadi alasan utama Paulus
menjabarkan tentang Kristus pada surat ini.
Secara
khusus terdapat masalah yang cukup dalam pada jemaat Kristen dari Yahudi dan
dari non Yahudi kepada Paulus. Jemaat Kristen yang berasal dari Yahudi
(terkhusus yang berasal dari kaum Yudais) tidak mau menerima pandangan Paulus
bahwa Injil meniadakan kedudukan eksklusif Israel selaku umat TUHAN dan Paulus
tidak menyetujui bahwa orang-orang Kristen secara keseluruhan juga harus
mengikuti adat istiadat dan hukum Yahudi (sunat dan kepatuhan di dalam
Hukum Taurat).
Lalu
masalah yang muncul dari jemaat Kristen non Yahudi adalah menentang jemaat
Kristen dari Yahudi, karena bagi mereka Israel sudah tidak masuk perhitungan
lagi (Roma 11:17). Mereka memandang rendah orang Israel.
Sekarang
kita akan memperhatikan perikop yang menjadi khotbah pada Minggu Reminiscere
hari ini. Di dalam Pasal 4:1-25, Paulus meneruskan percakapan dengan orang
Yahudi Kristen. Ia “membela” pemahaman teologisnya mengenai Kristus sebagai
Juruselamat yang universal dan hal ini juga yang menentang pola perilaku
orang Yahudi Kristen yang bermegah dengan Hukum Taurat sebagai legalitas dari
umat TUHAN.
Paulus yang
juga sebelumnya adalah rabi dari kaum Yahudi mengambil sosok Abraham yang adalah
manusia Yahudi yang diteladani. Paulus setuju bahwa hubungan antara Abraham
dengan TUHAN menampakkan bagaimana seharusnya hubungan antara setiap orang
percaya dengan TUHAN.
Lalu
bagaimana pemahaman ini juga menjadi relevan kepada kita umat Kristen di zaman
modern ini? Marilah kita secara seksama melalui pertolongan Roh Kudus memahami
makna tentang “iman Kristen” yang sangat jelas dan mendalam yang tersirat di
dalam surat Roma ini.
Tentu
sangat relevan karena sebagian besar surat Roma ini juga yang menjadi dasar
iman Kristen yang kita pahami dan kita pegang teguh sampai pada hari ini.
Marilah kita memperhatikan tiga point penjabaran dari perikop khotbah hari ini,
Roma 4:13-25!
Saudara-saudari
yang terkasih di dalam Tuhan Yesus Kristus..!!
II.
POINTER KHOTBAH
Ketika saudara-saudari membaca
perikop ini, tentu muncul pertanyaan di benak saudara: Apakah Hukum Taurat itu
bisa dilanggar sehingga Paulus tidak menjungjung tinggi Hukum Taurat? Apakah
hanya dengan Iman, Hukum Taurat sama sekali tidak ada manfaatnya? Mana yang
lebih tinggi: Hukum Taurat atau Iman?
Terlebih dahulu saya akan
mempertegas kehadiran Hukum Taurat di dalam bangsa Yahudi dan juga Kristen pada
masa kini. Hukum Taurat sesungguhnya merupakan cara TUHAN untuk “menggiring”
umat kepada pengetahuan tentang kehendak TUHAN atas umatNya. Dan Hukum Taurat
bukanlah jaminan utama keselamatan manusia untuk mendapatkan pengampunan dari
TUHAN.
Kenapa? Jadi apakah fungsi
sesungguhnya dari Hukum Taurat?
a.
Hukum Taurat menunjukkan kepada manusia kekurangan dan
dosa yang telah diperbuatnya. Melalui Hukum Taurat, maka muncullah kesadaran
pada manusia untuk mengakui dosanya dan bertobat.
b.
Hukum Taurat berfungsi sebagai pengarah yang menunjukkan
kepada manusia agar datang dan beriman kepada Yesus Kristus yang adalah
Keselamatan Sempurna dari TUHAN.
c.
Hukum Taurat berfungsi sebagai cermin untuk melihat
kekurangan manusia di dalam tindakan dan juga perilaku.
Untuk lebih mendalam lagi,
baiklah kita memperhatikan ketiga point yang akan saya jabarkan untuk kita!
1.
Janji Yang Dimulai Dengan Iman (Ay. 13-16)
Paulus memahami bahwa bukan karena Hukum Taurat telah diberikan
janji kepada Abraham dan keturunannya, ........ tetapi karena kebenaran,
berdasarkan iman (ay. 13). Artinya, TUHAN mendirikan perjanjian dengan Abraham,
TUHAN menganggap Abraham layak menerima janji-janjiNya sebab Abraham menerima
janji-janji itu dengan penuh percaya.
Sejenak kita mengingat tentang
sosok Abraham dan pertemuannya serta hubungan baiknya kepada TUHAN. Abraham
yang terlahir dengan penyembahan kepada dewa-dewa akhirnya menerima Firman
TUHAN untuk pergi dari tanah kelahirannya menuju tanah yang sudah disediakan
oleh TUHAN.
Tanpa banyak pertanyaan dan
pertimbangan, dia menyetujui perintah itu. Abraham menerima buah dari
“kepercayaannya” itu dengan “menyetujui”
dan “melaksanakan perintah”
itu. Setelah itu Abraham kemudian menerima Tiga Orang tamu yang adalah
eksistensi dari TUHAN (Kej.18:1-2). Dia memberi Mereka tempat beristirahat,
roti dan air.
Lalu TUHAN yang di dalam
kehadiran Ketiga Orang tersebut berfirman bahwasanya Abraham akan memiliki
keturunan di dalam usianya yang sudah
lanjut dan istrinya yang sudah dikatakan mandul.
Abraham “menyetujui” dan “melaksanakan
perintah” itu dan Abraham kemudian menerima buah dari “kepercayaannya”
itu dengan mendapatkan keturunan melalui kelahiran Ishak dari rahim Sarah.
Tidak sampai disitu, ketika TUHAN
menginginkan Ishak untuk menjadi korban persembahan yang akan dibakar untuk
TUHAN, Abraham “menyetujui”
dan “melaksanakan perintah”
itu dan Abraham kemudian menerima buah dari “kepercayaannya” dan menjadi bapak
dari semua orang percaya dan menerima berkat atas “imannya.”
Inilah yang memperdalam
pengertian kita tentang apa yang dikatakan dengan “iman.” Iman tidak cukup
hanya percaya, tetapi “menyetujui”
dan “melakukan” perintah dari
yang diimaninya, yaitu TUHAN itu sendiri.
Paulus bahkan mempertegas
“kehadiran” iman itu di dalam Roma 10:17, “Jadi,
iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus.”
Kristus-lah yang menjadi “pokok inti” di dalam iman itu. Kristus yang menjadi
pusat dari iman. Kristus Yesus yang merupakan eksistensi TUHAN menjadi Juru
Kunci dan Juruselamat yang sempurna. Lebih tegas Paulus memahami bahwa orang
percaya akan menjadi ahli waris bersama Dia, yaitu Kristus (Roma 8:17).
Mengapa di dalam diri Yesus
Kristus, bukan pada Hukum Taurat?
Marilah kita mengandaikan bahwa
kita mencoba melakukan Hukum Taurat supaya kita memperoleh warisan dari TUHAN.
Satu-satunya hasil dari upaya kita itu adalah membangkitkan murka TUHAN. Sebab
tidak mungkin kita berhasil melaksanakan kehendakNya dengan kudus dan sempurna.
Dengan demikian, iman kita dan
janji TUHAN kehilangan isinya; tidak ada lagi kesetiaan TUHAN dan tidak ada
dunia baru berisi kebenaran yang dapat diharapkan. Iman akan menjadi
kegelisahan umat manusia.
Paulus sudah mengalihkan pokok
pikiran Keyahudian dari eksistensi Hukum Taurat menjadi Kesempurnaan di dalam
diri Yesus Kristus. Hukum Taurat tidak mungkin menganugerahkan harta yang
dijanjikan itu. Hanya iman yang memungkinkan Abraham dan juga orang Kristen
untuk memperoleh hal yang dijanjikan TUHAN.
Karena warisan yang sesungguhnya
adalah kasih karunia TUHAN kepada umat manusia yang lemah dan tidak pernah
luput dari dosa. Kasih Karunia adalah diri TUHAN itu sendiri dan sudah
diwujudnyatakan di dalam diri Yesus Kristus.
Kasih karunia mampu menghasilkan
apa yang tidak dapat dihasilkan oleh Hukum Taurat. Kasih karunia memberi
kedekatan dan kedamaian untuk manusia atas janji TUHAN itu sendiri. Sebaliknya,
Hukum Taurat hanya akan menghasilkan kegelisahan bagi manusia karena dia
semakin menyadari akan kelemahan dan ketidakmampuannya untuk sempurna di dalam
melakukan Hukum Taurat.
Kesimpulan:
Sama seperti Abraham yang
menerima janji karena imannya dan dia dibenarkan oleh karena imannya, seperti
itu juga yang menjadi dasar utama kehidupan seorang pengikut Kristus. Sepatutnya
kita menyadari untuk hari-hari yang telah kita jalani yang tidak satu hari pun
terelak untuk melakukan dosa.
Ketika Hukum Taurat menjadi “juru
kunci” untuk pemilihan TUHAN atas umatNya, maka satu pun diantara kita tidak
ada yang mampu untuk melaksanakannya dan TUHAN juga tidak muncul sebagai sosok
yang penuh dengan kasih karunia.
Oleh sebab itu, Yesus Kristus
yang adalah penampakan nyata dari TUHAN dari kasih karuniaNya adalah sumber
kehidupan dan janji untuk keselamatan dan pengampunan dosa bagi manusia.
Hiduplah di dalam iman kepada Yesus Kristus. Karena hanya di dalam Dialah kita
akan menerima pengampunan dosa, kehidupan baru dan menjadi anak-anak TUHAN.
Saudara-saudari
yang terkasih di dalam Tuhan Yesus Kristus..!!
2.
Iman Yang Mengarah Kepada Kuasa Yesus Kristus
(Ay.17-22)
Mengkutip yang tertulis di dalam
Kejadian 17:5, Paulus mengungkapkan pemahamannya tentang Abraham, yaitu bapa
dari segala bangsa. Dan Paulus melihat arti Abraham dalam terang perbuatan
Yesus Kristus. Karena kematian dan kebangkitan Yesus Kristus-lah yang membuat
manusia dilayakkan untuk menerima keselamatan. Semua sempurna di dalam diri
Yesus Kristus.
Dan tugas pokok yang diberikan
untuk kita setelah Yesus Kristus mati dan bangkit adalah dengan menerima, dan
melaksanakan Firman TUHAN Yesus. Itulah iman yang sesungguhnya.
Namun, tidak dapat dipungkiri:
Iman bukan sesuatu yang mudah. Iman bukanlah sikap yang menerima saja bahwa apa
yang dikatakan kepada kita benar. Sebab perkataan TUHAN kepada kita selalu
bertentangan dengan kenyataan yang kita hadapi.
Seperti Abraham yang dijanjikan
TUHAN keturunan sementara dia “dilawan” dengan keadaan fisik dirinya dan
istrinya. Seperti itu juga Paulus yang menerima tugas sebagai pemberita kabar
sukacita dari Yesus Kristus mengalami kesulitan dari orang-orang yang tidak
menyukainya, terkendala di dalam pendanaan dalam pemberitaan Injil dan
bertentangan dengan para penguasa pada saat itu.
Tetapi justru di dalam kesulitan
atas kenyataan hidup itulah mereka orang-orang beriman dan kita orang beriman
pada saat itu “dikuatkan” dan “dihidupkan” kembali di dalam semangat daripada
Roh Tuhan.
Berserah dan memohon bimbingan
kepada Tuhan Yesus adalah satu-satunya jalan untuk menerima kekuatan dan
kehidupan baru bagi kita yang dipertentangkan dengan kenyataan dalam kehidupan
ini. Dan iman itu akan berbuah di dalam pemujian akan kemuliaan TUHAN dan kuasa
TUHAN akan kehidupan orang percaya.
Sesungguhnya di dalam iman itulah
manusia semakin menyadari bahwa dirinya tidak berarti apa-apa tanpa TUHAN
besertanya. Iman yang sesungguhnya sudah dipraktekkan oleh Tuhan Yesus yang
dengan segenap hati mewujudkan karya keselamatan melalui kayu salib.
Kesimpulan:
Iman akan mematikan keinginan daging
kehausan manusia untuk bermegah di dalam dirinya. Iman akan meruntuhkan segala
ego manusia. Iman juga akan membuka setiap kelemahan manusia.
Untuk itulah iman hadir yang akan
membawa kita pada penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan Yesus Kristus. Apapun
yang sekarang dan yang akan kita hadapi, tidak akan mampu melawan kuasa di
dalam nama Tuhan Yesus.
Iman akan menghidupkan manusia kembali
di dalam kehidupan baru di dalam diri Yesus Kristus yang sudah bangkit. Iman
juga akan membawa kita dengan kehidupan yang penuh dengan ucapan syukur akan
kemuliaan dan kuasa Tuhan Yesus. Itulah buah sesungguhnya ketika kita tetap
hidup di dalam iman kepada Tuhan Yesus.
3.
Orang Yang Beriman Kepada Tuhan Yesus Akan Menerima Kasih Karunia (23-25)
Antara iman orang Kristen dan
iman Abraham memiliki kesamaan dan juga perbedaan. Kesamaannya adalah keduanya
sama-sama mengandalkan kuasa TUHAN
dengan menyadari tidak ada harapan yang berdasarkan kekuatan atau perbuatan
sendiri.
Perbedaannya terletak pada
kedudukan. Abraham berdiri pada awal sejarah keselamatan, baginya semua masih
bersifat janji, harapan dan masa depan. Bagi orang Kristen, janji itu pada
asasnya telah digenapi, yaitu di dalam kematian dan kebangkitan Yesus Kristus.
Kebangkitan Yesus merupakan pusat
iman Kristen. Kita akan bangkit bersama dengan Yesus ketika kita juga mengimani
Yesus sebagai Tuhan kita. Maka kita juga telah mati dan bangkit dan memperoleh kehidupan
baru di dalam diri Yesus Kristus, Tuhan.
Kesimpulan:
“From faith to faith” (dari iman kepada iman), dibenarkan oleh iman dan
iman yang memberi kebenaran di dalam diri Yesus Kristus. Kasih karunia Tuhan Yesus
adalah dengan cara hidup di dalam pengajaran dan firmanNya. Tidak lagi mencari apa
yang “abstrak” tentang kasih karunia, tetapi hidup di dalam Yesus Kristus adalah
hidup di dalam kasih karunia TUHAN. Amin.
Syalom..!!
Selamat
hari Minggu bagi kita semua..!!
Tuhan
Yesus memberkati..!!
Pdt. Ferdinand Fernando Silaen
Komentar
Posting Komentar