LUKAS 12:15



TERANG FIRMAN

Jumat, 20 November 2020

 

LUKAS 12 : 15

 

“Kata-Nya lagi kepada mereka: Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu.”

 

Saudara-saudari yang terkasih di dalam Tuhan Yesus Kristus..!!

Kedatangan Tuhan Yesus pertama kali ke dunia sebagai Manusia bukan untuk menghakimi manusia tetapi datang sebagai Juruselamat manusia. Sebelum Dia menyempurnakan karya Bapa melalui peristiwa penyaliban, kematian, kebangkitan dan kenaikan ke Surga, Tuhan Yesus membawa sebuah pengajaran tentang Kerajaan Surga.

Kerajaan Surga yang diajarkan oleh Tuhan Yesus adalah Kerajaan yang sudah dipersiapkan sebelum dunia ini dibentuk dan sudah disediakan bagi orang-orang yang percaya dan mengimani Dia. Artinya ada sebuah pengharapan bagi orang-orang yang percaya untuk menerima upah atas kesetiaan dan ketaatannya di dalam Tuhan Yesus.

Di dalam mempersiapkan hal itu, manusia harus memiliki sikap. Ya, sikap yang harus terus dilakukan selama ia masih diberi kesempatan untuk hidup di dunia ini. Sikap seperti apa yang “dituntut” pada diri kita? “Berjaga-jagalah dan Waspadalah!” Hal inilah yang diingatkan oleh Firman Tuhan pada hari ini yang menjadi sebuah perenungan bagi kita orang-orang yang percaya.

Sekarang kita berangkat dari realita di dalam aktivitas yang kita lakukan sehari-hari. Manusia menempuh pendidikan dan akhirnya bekerja untuk semakin memperbaiki kehidupannya. Tentu tingkat pendidikan dan keuletan di dalam bekerja menjadi sebuah syarat yang tidak tertulis untuk mencapai kehidupan di dunia yang lebih baik.

Orang-orang menempuh pendidikan dan juga bekerja ataupun melakukan aktivitasnya mulai dari pagi hari sampai malam hari. Dan ada yang beraktivitas dari pagi hari sampai pagi hari atau dari malam hari sampai malam hari. Bahkan sampai lupa untuk beristirahat.

Aktivitas yang seperti itu dapat saja mempengaruhi pola kehidupan jemaat Tuhan yang semakin menjauh di dalam persekutuan kepada Tuhan.  Seolah-olah persekutuan kepada Tuhan menjadi pilihan kedua atau ketiga atau lebih di dalam memprioritaskan aktivitas dan bahkan tujuan hidup. Disinilah sering manusia menjadi lupa kepada Tuhan, Si Pemberi Berkat. Ini masalah yang masih sering terjadi di tengah kehidupan jemaat Tuhan.

Perumpamaan yang disampaikan oleh Tuhan Yesus tentang seorang kaya akan mengingatkan kita akan kehidupan yang benar sebagai jemaat Tuhan. Harta kekayaan tidaklah lebih penting daripada harta di surga. Ini bukan dongeng atau cerita omong kosong. Ini fakta yang disampaikan oleh Tuhan Yesus. Ada kehidupan yang kekal setelah kehidupan di dunia ini, ada harta yang tidak akan pernah habis dan ada kebahagiaan yang tidak terukur bagi orang-orang yang tetap haus akan Firman Tuhan.

Permasalahan yang diangkat Tuhan Yesus di dalam perumpamaan ini bukan permasalahan tentang “orang kaya” atau “orang miskin,” tetapi permasalahan sesungguhnya terletak pada dimana hati seseorang terpaut dan menghabiskan waktunya di dunia ini. Meskipun Tuhan Yesus mengangkat tokoh seorang kaya yang menjadi “pemain” di dalam cerita ini, tetapi tidak ada stigma yang buruk tentang sosok dari orang kaya pada umumnya.

Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu.” Firman ini berfokus pada ketergantungan hidup manusia dan dimana dia lebih banyak menghabiskan tenaga, fikiran serta apa yang ada pada dirinya.  Tegas dan jelas peringatan yang dikatakan Tuhan Yesus. Segala apa yang ada pada kita, bukanlah hak mutlak untuk diri kita sendiri.

“Kekayaan” seseorang sesungguhnya terdapat pada “apa yang tidak terlihat dunia,” bukan pada “apa yang terlihat dunia.” Karena, segala hal yang terlihat oleh dunia ini bersifat relatif dan memiliki masa. Tuhan Yesus mau menawarkan sebuah kekayaan yang tidak dapat dihitung dari ukuran dunia, yaitu kekayaan hati. Baik kaya ataupun miskin secara perekonomian, bukanlah sebuah ukuran untuk kaya di hadapan Tuhan.

Saya pernah melihat sebuah tulisan seperti ini, “uang adalah hamba yang baik, tetapi uang adalah tuan yang buruk.” Dengan “uang” (simbol dari kekayaan, pengetahuan dan keterampilan) kita dapat melakukan banyak hal yang berguna. Tetapi ketika kita menjadikan kekayaan, pengetahuan dan keterampilan menjadi “tuan” dan kita menjadi hambanya, maka sesungguhnya kehidupan yang begitu malang sedang bersama-sama dengan kita. Kita diarahkan untuk menjadi kaya di hadapan Tuhan yaitu memiliki banyak pengetahuan apa yang baik di hadapan Tuhan dan sesuatu yang dilakukan seturut dengan Firman Tuhan.

Sampai kapan pun kita tidak akan pernah dipuaskan oleh “harta dunia.” Sampai kapan pun jiwa kita tidak akan tenang hanya oleh harta dunia. Sampai kapan pun, harta tidak akan mampu memberikan “kebahagiaan yang kekal” kepada manusia. Karena semua yang berasal dari dunia, akan berubah dan musnah seperti dunia ini.

Oleh karena itu, marilah kita mengingat pengajaran dari Tuhan Yesus, bahwa Dia datang ke dunia tidak untuk mengurusi “harta duniawi,” tetapi lebih daripada itu, Dia mau memperkenalkan “Harta Sorgawi” kepada umat manusia yang sudah dipersiapkan bagi orang-orang yang setia di dalam FirmanNya. Itulah yang kekal dan selamanya.

Ingatlah: Besok hidup kita bisa berakhir dengan seketika! Biarlah apa yang kita miliki saat ini yang adalah berkat dari Tuhan, kita pakai menjadi saluran berkat bagi sesama kita yang membutuhkan dan menjadi persembahan syukur kepada Tuhan yang mencukupkan segala yang kita perlukan. Itulah yang menjadi wujud dari sikap “berjaga-jagalah dan waspadalah.” Amin.

 

Salam sehat !!

 

Syalom.

 

Tuhan Yesus memberkati.

 

Pdt. Ferdinand Fernando Silaen.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAZMUR 85:9-14

KEHIDUPAN DI DALAM JANJI TUHAN (KEJADIAN 9:8-17)

YOHANES 3:14-21 / JOHANNES 3:14-21