MATIUS 5:10



Renungan Jumat, 04  September 2020

MATIUS 5 : 10

“Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.”

Saudara-saudari yang terkasih di dalam Tuhan Yesus Kristus..!!

Tuhan Yesus datang ke dunia membawa missi Sorgawi. Tidak hanya membawa keselamatan, tetapi juga membawa cara pandang yang baru bagi kehidupan manusia di dunia. Pada awalnya kecenderungan berfikir diukur dengan ukuran-ukuran dunia. Terkhusus tentang kebahagiaan seseorang. Sebagai contoh: Ada seseorang berkata kepada yang lain, “Kamu pasti bersukacita, karena semua anak-anakmu sudah lulus dari pendidikannya.” Atau seseorang berkata kepada yang lainnya, “Kamu pasti berbahagia, karena kamu dan istrimu sama-sama bekerja.” 

Hal-hal tersebut sampai saat ini belum dapat dihilangkan secara total dari cara pandang manusia pada umumnya. Kebahagiaan banyak diukur dari keberhasilan seseorang yang diperbandingkan dengan keadaan orang lain. Terlebih perbandingan itu satu jenis dengan pergumulan atau harapan dari orang yang mengatakan “bahagia” tersebut.

Kita coba menganalisa situasi ini. Si A setelah tamat dari pendidikannya selalu mencoba untuk masuk sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS), tetapi tidak pernah lulus. Si A memiliki teman karib bernama si B. Si B hanya satu kali mencoba untuk masuk PNS, dia langsung lulus. Tidak hanya itu, beberapa tahun kemudian si B menikah dengan si C yang juga adalah PNS. Karena si B adalah teman karib si A, si A berkata kepada si B, “Kamu pasti bahagia menjadi PNS dan istrimu juga adalah PNS.” Si A berkata seperti itu karena menjadi PNS adalah harapan yang selama ini dia usahakan. Sementara di sisi yang lain, si B mengalami pergumulan bersama si C, karena sudah 8 tahun mereka belum memiliki buah hati. Si B berkata kepada si A, “Kamu yang paling bahagia, karena begitu kamu menikah, satu tahun kemudian sudah punya anak.” 

Inilah sebenarnya posisi “bahagia” di dalam cara pandang manusia pada umumnya. Apakah itu berlangsung lama? Tentu saja tidak. “Kebahagiaan” di dalam konsep dunia hanyalah bersifat semu, sementara dan berlangsung sesuai cara pikir masing-masing orang. Inilah yang diubah oleh Tuhan Yesus kepada para pengikutNya. Tuhan Yesus menawarkan kebahagiaan yang nyata, kekal dan berlangsung di dalam porsi Keilahian.

Renungan hari ini menghantarkan kita kepada kebahagiaan yang sesungguhnya. Jika pola pikir dunia mengatakan bahwa “penganiayaan” secara mutlak harus dihindari, namun Yesus mengatakan itu tidak sepenuhnya benar jika dipandang dari sisi rohani. Tuhan Yesus “melekatkan” kata bahagia dengan perkataan “kebenaran.” Kebenaran yang dimaksudkan adalah kebenaran dari Firman Tuhan. Tuhan Yesus membuka sebuah kenyataan, bahwa kebenaran Firman Tuhan akan selalu ditentang oleh prinsip-prinsip duniawi. Bahkan pertentangan itu dapat mencapai tahap penganiayaan.

Perkataan Tuhan Yesus cukup ekstrim di dalam ayat ini, karena tidak ada satu pun manusia yang bersedia untuk dianiaya. Bahkan dengan alasan pembelaan diri, seseorang yang diancam untuk dibunuh, dapat saja berubah posisi menjadi pembunuh. Alasannya, hanya karena dia mau mempertahankan kehidupan dan kebahagiaan serta kesejahteraannya di dalam dunia ini.

Penganiayaan yang dikatakan oleh Tuhan Yesus bukanlah “penganiayaan” dalam konteks duniawi. Karena seorang pengikut Kristus yang setia dapat saja “teraniaya” di dalam lingkungan atau pun keluarganya, karena hanya dia yang tetap teguh di dalam kehidupan yang benar sesuai dengan Firman Tuhan. Sementara orang lain yang di sekitarnya menikmati kekayaan dunia dari hasil yang tidak baik. Dia bisa saja teraniaya secara perasaan dan mental. 

Dan yang paling jauh ketika dia benar-benar diancam untuk kehilangan kesejahteraannya ketika dia tidak mengikuti arus kejahatan yang dilakukan oleh orang-orang di sekitarnya. Dia dapat saja teraniaya karena pengucilan, pengusiran dan penderitaan. Beberapa contoh ini menjadi bayangan atas “penganiayaan” yang didasarkan kebenaran tadi. Apakah penganiayaan itu membuat seorang Kristen dapat meninggalkan bahkan menjual imannya? Tentu saja tidak!

Tuhan Yesus memberikan “penawaran” yang kekal atas upah untuk “korban” penganiayaan tersebut. Dia menjanjikan kebahagiaan yang tidak mampu diberikan oleh dunia ini. Tuhan Yesus menjanjikan tentang kepemilikan (empunya) Kerajaan Sorga. Kerajaan Sorga hanyalah dimiliki oleh Raja yang di Sorga yaitu Tuhan Yesus itu sendiri. Sementara “kepemilikan” Kerajaan Sorga seperti yang dikatakan Firman Tuhan hari ini adalah hak dari pewaris atau dapat dikatakan hak dari anak Raja tersebut. Inilah janji Tuhan Yesus kepada kita di dalam kesetiaan kita.

Iman kita di dalam Tuhan Yesus haruslah kita pegang di dalam kesetiaan dan ketaatan penuh. Dan janji itu akan menjadi milik kita ketika kita tetap bertahan di dalam iman kita kepada Tuhan Yesus. Tidak hanya sebagai  orang yang memiliki kebahagiaan secara kekal, namun juga menjadi pewaris Kerajaan Sorga yaitu sebagai anak-anak Tuhan. Oleh sebab itu, Tetaplah teguh di dalam iman kita. Amin.

Salam sehat !!

Syalom.

Tuhan Yesus memberkati.

Pdt. Ferdinand Fernando Silaen

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAZMUR 85:9-14

KEHIDUPAN DI DALAM JANJI TUHAN (KEJADIAN 9:8-17)

YOHANES 3:14-21 / JOHANNES 3:14-21