TAKUT SERTA KASIH KEPADA TUHAN (KELUARAN 20:1-11)
TULISAN KHOTBAH MINGGU OKULI
“Mataku Tetap Terarah Kepada TUHAN”
(
Mazmur 25 : 15a )
Minggu,
07 Maret 2021
Evangelium : KELUARAN 20 : 1 – 11
Saudara-saudari yang terkasih di dalam Tuhan Yesus Kristus..!!
I. PENDAHULUAN
Perikop ini adalah salah satu bagian penting di dalam perjalanan iman bangsa Israel. Nats Keluaran 20:1-11 adalah Empat point dari Kesepuluh Hukum Taurat. Sosok Musa yang yang adalah tokoh ideal pada bangsa Israel turut serta di dalam proses penyampaian Hukum Taurat tersebut.
Hubungan yang erat pada tokoh Musa, bangsa Israel dan Hukum Taurat adalah suatu pokok iman yang mengacu pada kehendak TUHAN (YHWH) atas umat pilihanNya. Begitu sangat pentingnya Hukum Taurat pada bangsa Israel, sehingga muncullah kalangan para Ahli Taurat pada perjalanan keimanan bangsa Israel.
Konsentrasi di dalam memperdalam dan memperluas Hukum Taurat pada bangsa Israel membawa mereka pada sebuah pemahaman bahwa legalitas pemilihan dan penyelamatan TUHAN didasarkan pada ketaatan dalam melakukan Hukum Taurat. Inilah credo yang dipegang teguh bangsa Israel (secara khusus pada masa Perjanjian Lama).
TUHAN yang dekat kepada manusia dan TUHAN yang mengasihi manusia adalah sebuah alasan mengapa Hukum Taurat menjadi sebuah bagian penting bagi umat TUHAN. Hal ini tersirat di dalam cerita pemberian Hukum Taurat dari TUHAN kepada bangsa Israel melalui tokoh Musa. TUHAN sendiri yang memberi Hukum Taurat ini kepada bangsaNya untuk dipatuhi.
Kedekatan dan kasih TUHAN kepada manusia inilah yang menjadi sebuah alasan kuat untuk merespon Hukum Taurat dengan cara melakukan dan tidak melanggar salah satu dari bagian hukum itu. Ketika umat Israel dengan taat dan serius di dalam memahami dan melakukan Hukum Taurat, disitulah terwujud umat TUHAN yang juga mengasihi TUHAN.
Dan yang lebih menarik lagi bahwa credo dari bangsa Israel tetap dibawa di dalam credo umat pengikut Kristus sampai saat ini. Hal ini bukanlah tanpa dasar dan alasan yang kuat, tetapi sesungguhnya pemahaman tentang Dasafirman ini telah mencapai kesempurnaan di dalam pengajaran dan dalam diri Yesus Kristus.
Tentu bagi umat Kristen, pembacaan dan pemahaman Hukum Taurat semua sudah dipusatkan di dalam diri Yesus Kristus. Oleh sebab itulah, ibadah-ibadah dan pengajaran-pengajaran pada umat Kristen pada masa kini juga tidak terlepas dari Hukum Taurat yang disempurnakan dalam Yesus Kristus.
Sebagai salah satu contoh di dalam Perjanjian Baru, secara radikal Tuhan Yesus membuat paradigma baru, yaitu ketika Tuhan Yesus menyembuhkan orang sakit pada hari Sabat. Yesus tidak membawa pada sebuah perlawanan, tapi Tuhan Yesus sendiri memberikan pemahaman bahwa segala hal yang baik, yang dilakukan pada hari apapun di dalam satu Minggu itu, adalah juga wujud di dalam menyucikan hari yang dikuduskan itu (Sabat).
Melalui
teks khotbah ini, kita akan memahami tentang Dasafirman yang sudah mengacu pada
pengakuan iman Kristen. Oleh sebab itu, mari kita bersama-sama melalui pertolongan
Roh Kudus memahami teks khotbah pada hari ini, sehingga pemahaman ini dapat
relevan dengan perkembangan teologi pada saat ini.
Saudara-saudari
yang terkasih di dalam Tuhan Yesus Kristus..!!
II.
POINTER KHOTBAH
“TAKUT SERTA KASIH KEPADA TUHAN”
Jika kita membuka Katekhismus Kecil “Martin Luther,” kita akan melihat bahwa teks Keluaran 20:1-11 ini adalah sebagian dari Dasa Titah / Hukum Taurat, yaitu Dasa Titah / Hukum Taurat yang Pertama, Kedua, Ketiga dan Keempat. Tentu secara penulisan teks tidak sepenuhnya memiliki kesamaan, namun demikian tidak mengubah arti yang sesungguhnya.
Yang menarik di dalam pemahaman yang terdapat pada Katekhismus Kecil adalah setiap Hukum Taurat (I-X) dituliskan masing-masing “Maksudnya adalah” dimulai dengan kata “Kita harus takut serta kasih.......”
Pemahaman di dalam kata “takut” dan “kasih” adalah dasar utama di dalam melaksanakan Hukum Taurat. Pemahaman yang tentu diperbaharui jika diperbandingkan dengan pemahaman dari bangsa Israel yang mengatakan bahwa Hukum Taurat adalah dasar utama menerima keselamatan.
a.
Takut
Pemahaman
“takut akan TUHAN” adalah alasan
utama umat Kristen untuk melaksanakan perintahNya. Manusia diarahkan untuk
takut akan TUHAN yang kudus, suci, mulia dan maha segalanya
yang bersifat baik.
Takut
akan TUHAN juga sangat berbeda dengan pemahaman umum. Seyogyanya ketika
seseorang “takut” dengan sesuatu, dia akan menghindari “obyek ketakutannya.”
Namun takut akan TUHAN, bukan takut dengan cara menghindari TUHAN itu sendiri,
tetapi takut untuk melakukan sesuatu yang tidak disukai oleh TUHAN dan justru
semakin dekat denganNya.
b.
Kasih
Kasih
adalah sebuah ikatan emosional yang menjadi sebuah ikatan antara satu dengan
yang lainnya. Kasih ini jugalah yang mengikat manusia dengan TUHAN. Tentu kasih
sudah terlebih dahulu diwujudnyatakan oleh TUHAN kepada manusia.
Wujud
kasih manusia yang pertama adalah terletak di dalam peristiwa penciptaan yang
sempurna yang saling terkait satu dengan yang lainnya. Kasih selanjutnya adalah
penyertaan dan pembebasan umat dari segala hal yang membuat manusia menderita.
Dan
kasih yang sempurna telah diwujudnyatakan dan diterima oleh manusia melalui
Karya Penebusan dan Keselamatan yang telah dilakukan oleh Tuhan Yesus Kristus.
Mati, bangkit dan naik ke Surga untuk membebaskan manusia dari perbudakan dosa.
Hal-hal
tersebutlah yang menjadi motivasi manusia untuk tetap patuh di dalam kehendak
TUHAN. Motivasi yang juga sama dengan motivasi “takut akan TUHAN.”
Saudara-saudari yang terkasih di dalam Tuhan Yesus Kristus..!!
Setelah kita melekatkan dasar dan
motivasi itu di dalam hidup dan keimanan kita, mari kita memahami teks khotbah
pada hari Minggu ini yang juga adalah Hukum Taurat I-IV pada liturgi ibadah di
dalam umat Kristen.
1. Semua Tertuju Hanya Kepada TUHAN
(Ay.1-3)
Untuk
memulai memahami dan menaati perintah ini, terlebih dahulu sudah merasakan
“kebebasan” dari TUHAN. Sama seperti orang Israel yang sudah terlebih dahulu
dibebaskan oleh TUHAN dari perbudakan Mesir, seperti itu jugalah para pengikut
Kristus yang sudah dibebaskan dari perbudakan dari dosa melalui diri Yesus
Kristus.
Bagaimana
manusia dapat mengarahkan seluruh pandangan hanya kepada TUHAN (Okuli) jika dia
sendiri belum merasakan kemerdekaan dari TUHAN. Hal yang pertama harus hadir
dan hidup adalah ketika kita sudah mengakui dan memberi pengakuan bahwa diri
kita sudah dibebaskan dan dimerdekakan oleh Tuhan Yesus.
Setelah
menjadi orang yang merdeka di dalam Tuhan Yesus, maka kita tentu tidak akan mau
lagi untuk kembali menjadi budak dosa. Tidak ada kuasa apapun lagi yang mampu
mengikat manusia selain daripada kuasa Tuhan Yesus.
Maut
dan kuasa iblis sudah dikalahkan, untuk apa lagi manusia mau diperbudak oleh
rasa takut akan kematian fisik oleh karena tubuh akan berakhir dan juga
kematian rohani karena ikatan dosa berdasarkan rayuan serta godaan iblis.
Orang
yang merdeka adalah orang yang hidup bersama dengan Tuhan Yesus. Sama seperti
yang dikatakan oleh Rasul Paulus di dalam Filipi
1:21, “Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan.”
Orang yang sudah dimerdekakan adalah orang yang hidup berdasarkan iman kepada
Tuhan Yesus, Sang Juruselamat dan ketika dia mati, dia sudah berada pada
perjalanan menuju keabadian dan kedamaian di tempat yang sudah dipersiapkan
oleh Kristus untuk orang-orang yang percaya.
Bagaimanapun
perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan, tidak akan mengubah iman seseorang
kepada Tuhan Yesus. Bagaimanapun kita terkagum dengan kemajuan zaman atau
bahkan rintihan penderitaan di dalam dunia ini, itu tidak akan mengubah iman
kita untuk tetap mengakui dan hidup di dalam kuasa dari Tuhan Yesus Kristus.
2. Bersembah Sujud Hanya Kepada TUHAN
(Ay.4-6)
Di
era modern saat ini, sudah banyak orang yang mengatakan dirinya sebagai seorang
pengikut Kristus. Namun fenomena yang terjadi adalah “karakter” dari para
pengikut Kristus itu sendiri sudah mulai luntur.
Kehadiran
di dalam peribadahan di Gereja bukan lagi menjadi sebuah tolak ukur untuk
melihat Kekristenan seseorang. Terlebih di masa pandemi Covid-19, gereja sudah
banyak yang menghadirkan sebuah ibadah yang bentuk yang baru, yaitu ibadah online.
Lalu
untuk situasi yang terus berubah-ubah, bagaimana kita tetap mewujudkan “takut
dan kasih” kita kepada Tuhan Yesus di dalam penyembahan yang benar? Jawabannya
adalah:
“Orientasi Dan Penyerahan Diri
Hanya Kepada Tuhan Yesus”
Bagaimana
pun bentuk ibadah itu seharusnya jangan mempengaruhi orientasi dan penyerahan
diri kita kepada Tuhan Yesus. Justru apapun yang menjadi hambatan dan kesulitan
yang kita hadapi, jangan pernah lepaskan diri dari genggaman tangan kasih Tuhan
Yesus.
Bukan
pandemi Covid-19 yang jauh lebih berkuasa atas dunia ini. Bukan alam yang jauh
lebih berkuasa atas dunia ini. Bukan ilmu pengetahuan yang jauh lebih berkuasa
atas dunia ini. Tetapi Tuhan Yesus yang jauh lebih berkuasa atas segala-galanya.
3. Nama TUHAN Hanya Untuk Hal Yang Kudus
(Ay.7)
Patut
kita imani bahwa nama Tuhan Yesus adalah nama di atas segala nama. Tertulis di
dalam Filipi 2:10, “supaya
dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas
bumi dan yang ada di bawah bumi,” itulah nama yang berkuasa atas
segalanya.
Karena
kuasa dari nama Yesus itulah, jangan ada lagi “pengucapan” nama yang tidak
sesuai pada tempatnya. Lalu, di dalam situasi apa kita layak untuk menyebut
nama yang kudus itu?
a.
Di Dalam Seruan Sebagai Anak TUHAN
Ketika
di dalam penderitaan dan kesusahan, nama itu akan disebutkan. Namun, nama itu
disebutkan bukan menjadi sebuah “kambing hitam” atas masalah yang kita hadapi.
Tetapi, nama itu menjadi tempat kita berseru di dalam doa dan permohonan agar
kita dikuatkan dan dipulihkan.
Doa
menjadi sangat penting untuk menjadi tempat bagi kita berseru kepada Tuhan
Yesus. Doa menjadi suatu ruang untuk kita mengadukan segala tangisan dan
penderitaan yang kita alami di dunia ini. Di dalam doalah kita menyebut nama
Tuhan Yesus yang berkuasa itu. Dan di dalam doalah nama itu akan berkuasa untuk
menguatkan dan memulihkan kehidupan kita.
b.
Di Dalam Pujian Sebagai Anak TUHAN
Nyanyian
dan ucapan syukur merupakan bagian yang tidak boleh terlepas dari umat TUHAN.
Nyanyian dan ucapan syukur adalah wujud dari manusia yang tidak hanya
diselamatkan, namun juga telah dipulihkan dan dipelihara oleh Tuhan Yesus
sepanjang hidupnya.
Lihat
hidup kita yang dipelihara Tuhan Yesus sampai saat ini. Lihat gereja yang masih
Tuhan Yesus perkenankan menjadi tempat yang kudus bagi umat yang merindukan
akan firmanNya. Lihat kehadiran Tuhan Yesus yang secara perlahan memulihkan
kita dari kondisi pandemi Covid-19 ini.
Patutlah
lidah kita mengaku, tubuh kita bernyanyi dan roh kita bersorak untuk bersyukur
dan memuji namaNya yang kudus. Sehingga dunia ikut bersukacita bersama kita.
4.Kuduskan Hari Yang Diberikan TUHAN (Ay.8-11)
Sabat bukan hanya merunjuk pada satu hari yang lebih baik dan lebih kudus dari hari-hari yang lainnya. Itu terlalu dangkal untuk memahami firman TUHAN yang melampaui segala akal. Segala perdebatan untuk menentukan “hari apa yang benar jika dikatakan hari Sabat,” tentu bukan itu yang diinginkan TUHAN dalam memahami firmanNya.
Namun, patut kita ingat dalam pemahaman hari Sabat atau hari yang dikuduskan itu sesungguhnya. Di dalam teks Alkitab, tentu tidak ada tertulis apakah hari “Sabtu” atau “Minggu” yang menjadi hari Sabat itu. Kalender yang dibuat oleh manusia tidak akan mampu mengurung pemahaman TUHAN yang sangat luas.
Hari yang dikuduskan, atau hari Minggu yang menjadi pusat ibadah dari umat Kristen hingga saat ini bukanlah mutlak menjadi satu hari “satu-satunya” yang kudus. Alasan mengapa hari Minggu menjadi waktu bagi umat Kristen untuk beribadah di rumah TUHAN adalah peristiwa kebangkitan Tuhan Yesus yang pada kalender Romawi menunjukkan hari Minggu.
Alasan itu menjadi kuat, ketika hari Minggu liturgi ibadah pada umat Kristen juga menjunjung tinggi kemenangan Tuhan Yesus atas kuasa maut. Namun, apakah hari-hari lainnya menjadi tidak boleh untuk beribadah kepada TUHAN? Atau yang lebih ekstrim, apakah hari lainnya tidak lebih kudus daripada hari Minggu untuk bersekutu kepada TUHAN?
Tentu TUHAN menjadikan segala hari adalah baik adanya. Dan sesungguhnya TUHAN menginginkan bahwa setiap hari adalah menjadi bagian dari ibadah para pengikut Kristus di dunia ini.
Lalu muncul pertanyaan, “Apakah memang pada hari yang dikuduskan itu kita benar-benar tidak boleh bekerja?” Tentu saja bukan itu arah yang diinginkan dari perintah ini. Seandainya Tuhan Yesus sebagai acuan atau teladan kita dalam mengikuti Firman, Dia tidak mau mendengar seruan umatNya atau menyembuhkan atau memulihkan (bekerja) umatNya pada hari yang dikuduskan itu, apa yang akan terjadi? Kita tentu akan mendengar bahwa hari Minggu menjadi “hari kematian terbanyak dari manusia.” Menakutkan bukan?
Maksudnya disitu adalah Firman Tuhan yang menjadi kudus, bukan terletak pada satu dari ketujuh hari yang ada. Firman Tuhan yang tetap ada di dalam umat Tuhan di dalam setiap harinya. Ini juga yang dipahami oleh Martin Luther di dalam Katekhismus yang ditulisnya.
Kuduskan dirimu di dalam pengajaran Firman Tuhan Yesus di dalam hari-hari yang engkau jalani. Itulah yang diinginkan di dalam Hukum Taurat keempat ini.
Saudara-saudari yang terkasih di dalam Tuhan Yesus Kristus..!!
III. PENUTUP
Mari
kita tetap memandang dan mengarah kepada Tuhan Yesus di sepanjang kehidupan
kita, seperti yang diarahkan di dalam Minggu kita hari ini, yaitu Minggu Okuli
“Mataku Tetap Terarah Kepada TUHAN.” Sama seperti yang dikatakan oleh Tuhan
Yesus di dalam Matius 22:37-40,
bahwa seluruh Hukum Taurat dan seluruh Kitab para Nabi disempurnakan di dalam
Kasih.
Kasih
kepada TUHAN dan kasih kepada manusia adalah buah nyata dari rasa takut kita
kepada TUHAN sang Pemilik Kehidupan. Ingatlah bahwa hidup kita dipelihara dan
selalu diperhatikan oleh TUHAN. Jangan pernah lalui hari-harimu tanpa Firman
Tuhan. Dan jangan pernah lewatkan satu harimu tanpa Tuhan Yesus bersamamu.
Itulah kehidupan beriman dari para pengikut Kristus di dunia ini. Amin.
Syalom..!!
Selamat hari Minggu bagi kita semua..!!
Tuhan
Yesus memberkati..!!
Pdt. Ferdinand Fernando Silaen
Komentar
Posting Komentar