HIDUPLAH DI DALAM KESATUAN KASIH DARI TUHAN YESUS ( KISAH PARA RASUL 4 : 32 - 37 )



TULISAN  KHOTBAH  MINGGU  QUASIMODOGENITI

Minggu, 11 April 2021

Evangelium: KISAH PARA RASUL 4 : 32 – 37

Topik: Membangun Persekutuan Yang Saling Mengasihi

Saudara-saudari yang terkasih di dalam Tuhan Yesus Kristus..!!

I.      PENDAHULUAN

 

Teks ini merupakan salah satu catatan sejarah yang sangat penting bagi umat Kristen yang hidup pada zaman ini. Kekristenan ternyata mengalami berbagai proses perjalanan yang amat panjang, yang telah melalui periode lebih dari seribu tahun.

Masa perjalanan Kekristenan, setiap tahun, baik melalui khotbah atau pendalaman-pendalaman Alkitab, jemaat akan selalu diingatkan dengan keadaan jemaat mula-mula setelah peristiwa turunnya Roh Kudus yang menjadi awal mula berdirinya Gereja di tengah dunia ini (Kis.2:1-13). 

Sejarah akan menjadi sebuah pelajaran yang sangat berharga di dalam kehidupan manusia, terkhusus di dalam perjalanan iman jemaat pengikut Kristus di dunia ini. Ada hal yang positif yang patut direlevansikan di dalam kehidupan modern saat ini.

Tentu seperti jemaat yang semakin matang di dalam iman dan semakin mendalam dalam memahami Firman Tuhan, tidak akan “menelan bulat-bulat” apa yang tertulis di dalam teks Alkitab. Mengapa? Karena Firman Tuhan sesungguhnya akan mengkontekstualisasikan dirinya di dalam berbagai aspek kehidupan, adat, budaya dan cara hidup manusia pada setiap zaman dan di setiap budaya.

Itu sebabnya, Alkitab akan semakin terus digali dan dikonstekskan dengan kehidupan yang relevan bagi jemaat Tuhan. Oleh sebab itu, marilah kita melihat teks ini di dalam konteks kehidupan jemaat pada saat itu dan bagaimana situasi yang relevan yang dapat kita pahami untuk dijalankan di zaman modern saat ini. Sehingga kuasa Roh Kudus akan memampukan kita untuk semakin matang di dalam iman dan kehidupan yang sesuai dengan kehendak dari Tuhan Yesus Kristus, Tuhan kita.

Kuasa Roh Kudus akan mengajari penulis dan juga pembaca/pendengar khotbah ini, sehingga persekutuan jemaat Tuhan Yesus di dunia ini akan semakin dimurnikan di dalam persatuan jemaat Kristen di tengah dunia ini.

 

Saudara-saudari yang terkasih di dalam Tuhan Yesus Kristus..!!

II.   KONTEKS UMUM JEMAAT MULA-MULA

Setelah peristiwa turunnya Roh Kudus atau yang kita kenal dengan hari Pentakosta (Kis.2:1-13), jemaat yang sudah percaya kepada Tuhan Yesus dan menyatakan diri untuk mengikut Dia semakin rutin untuk mengadakan perkumpulan-perkumpulan jemaat di dalam rumah-rumah.

Perkumpulan jemaat di dalam rumah-rumah tentu memiliki alasan mengapa mereka melakukan hal tersebut:

1.     Mereka masih diperhadapkan dengan tekanan melalui penganiayaan dan usaha untuk memusnahkan para pengikut Kristus yang dilakukan oleh pemerintah Romawi dan juga para pemuka agama orang Yahudi.

2.     Mereka belum memiliki tempat ibadah khusus seperti Gereja pada saat ini, karena mereka masih dikatakan aliran baru pada zaman itu.

3.     Jumlah mereka yang belum terlalu banyak membuat mereka semakin kuat untuk mengadakan perkumpulan di dalam rumah-rumah.

4.     Hidup mereka benar-benar hanya mengandalkan iman dan persatuan di dalam persekutuan mereka.

Melalui empat alasan umum tersebut, patutlah kehidupan mereka sama sekali tidak sama dengan jemaat Kristen pada saat ini yang sudah mengalami perkembangan yang sangat pesat di dunia ini. Kita sudah memiliki tempat ibadah melalui Gereja yang sudah dibangun hampir di setiap daerah di Indonesia ini (secara khusus).

Bahkan konteks ini semakin berbeda ketika kita melihat bahwa sudah semakin banyak denominasi-denominasi Gereja dengan perbedaan-perbedaan dogma dari pemahaman Gereja masing-masing. Sehingga bukan persatuan yang dapat kita lihat secara umum di Gereja pada saat ini. Justru, prinsip egosentris yang mengatakan bahwa Gereja yang satu lebih baik daripada Gereja yang lain.

Ketika “ego” masing-masing gereja yang justru semakin bertumbuh, kita dapat sama-sama melihat “buah” dari hal itu, yaitu semakin sering kita mendengar perpecahan-perpecahan jemaat Tuhan di tengah negara kita ini. Hal ini menjadi sebuah catatan penting bagi kita untuk memperbaiki “kesatuan pengikut Kristus di dunia ini. 

Point ini mengingatkan kita tentang hal positif di dalam Gereja mula-mula yang sudah sulit ditemukan pada zaman modern saat ini.

 

Saudara-saudari yang terkasih di dalam Tuhan Yesus Kristus..!!

III.     KETERANGAN NATS KISAH PARA RASUL 4:32-37

Pusat persekutuan jemaat pada saat itu adalah kebangkitan Yesus Kristus dan anugerah TUHAN yang berlimpah di dalam pemeliharaan atas persekutuan jemaat pada saat itu. Wujud yang paling nyata terlihat adalah dari cara mereka memberlakukan milik materiil mereka, yaitu sebagai milik bersama.

Jemaat “sehati” dan “sejiwa” di dalam pusat dan arah kehidupan yang sama sebagai para pengikut Kristus. Mereka “secara bulat-bulat” mengikuti perkataan Yesus di dalam Lukas 12:33, “Juallah segala milikmu dan berikanlah sedekah!” Hasil penjualan kemudian dibagi-bagikan kepada sesama mereka.

Ada sebuah pola perilaku yang berbeda dari situasi umum pada saat itu, yaitu:

Orang bukan lagi mengambil milik orang lain demi kepentingan sendiri, melainkan menyerahkan miliknya demi kepentingan dan persekutuan bersama.

 

Ada faktor kuat yang mendorong mereka melakukan hal tersebut:

a.     Sikap ini muncul di antara para pengikut Yesus Kristus di Yerusalem yang tentu lebih dekat dengan kisah pelayanan Yesus pada saat itu.

b.     Mereka berharap kedatangan kembali Tuhan Yesus dalam waktu dekat (secara prinsip waktu: dalam hari, bulan dan tahun yang tidak lama lagi).

Oleh karena hal itu, terdapat akibat yang tentu menjadi pergumulan mereka, yaitu:

a.     Mereka tidak memikirkan hari depan keluarga mereka.

b.     Perilaku ini menyebabkan kemiskinan di jemaat itu (Roma 15:26). 

Namun apapun dampak yang membuat mereka menjadi bergumul, tidak menyurutkan keimanan mereka kepada Yesus Kristus dan mereka semakin diberi hikmat untuk semakin matang menjalani kehidupan di dalam persekutuan kudus.

Saudara-saudari yang terkasih di dalam Tuhan Yesus Kristus..!!

IV.      RENUNGAN 

HIDUPLAH DI DALAM KESATUAN KASIH DARI TUHAN YESUS

Fenomena di banyak orang Kristen saat ini adalah terdapatnya pergeseran pusat persekutuan jemaat dari jemaat mula-mula dan jemaat modern. Kita dapat melihat euforia hari Paskah (Perayaan Kebangkitan Tuhan Yesus) saat ini tidak dapat melampaui euforia hari Natal (Perayaan Kelahiran Tuhan Yesus).

Hal ini cenderung membawa sebuah pergeseran pemahaman, yaitu dari sebuah “prinsip kemenangan” menjadi sebuah “prinsip bersenang-senang.” Hal ini bisa saja dipengaruhi oleh kebiasaan manusia secara umum yang semakin meriah ketika merayakan sebuah hari kelahiran, bahkan sampai pada tingkat kemewahan yang semakin hari semakin tidak terkendali.

Tidak bermaksud untuk mengatakan bahwa Paskah lebih baik daripada Natal, atau Natal lebih baik daripada Paskah. Kita harus mengembalikan pusat keimanan yang murni di dalam kemenangan Tuhan Yesus atas kematian tanpa menyingkirkan sukacita dari kelahiran Tuhan Yesus di dunia ini.

Teks ini kembali mengingatkan kita tentang sebuah prinsip yang dapat menjadi pelajaran dan arah hidup orang Kristen yaitu “kehidupan bersama di dalam persekutuan orang kudus (jemaat Tuhan).” Orang Kristen mula-mula sudah membuang “ego” masing-masing dan menyatu di dalam kehidupan bersama.

Prinsip ini amat perlu ketika “sikap mengambil untuk kepentingan diri sendiri” sudah berganti menjadi “memberi untuk kepentingan bersama.” Ini tentu menjadi salah satu buah kasih yang diajarkan oleh Tuhan Yesus kepada umatNya.

Namun, apakah harus seperti apa yang mereka lakukan saat itu harus juga kita lakukan dalam masa kini yaitu dengan “menjual barang kita untuk dibagi-bagikan kepada orang lain?” Sekali lagi, ini adalah masalah prinsip!

Kedewasaan iman dan pemikiran kritis untuk menanggapi hal tersebut sangat perlu untuk menselaraskan di dalam kehidupan saat ini. Ini bukan sebuah “keharusan” dan juga bukan sebuah “pelarangan.

Praktek akan disesuaikan dengan keadaan kita pada saat ini. Pemikirannya seperti ini, jika kita memberi untuk membantu orang lain, apakah kita harus mengorbankan orang lain juga?? Apakah keluarga kita akan menjadi “korban” dari kepentingan bersama itu? Apakah kita akan meninggalkan keluarga kita demi hidup bersama dengan orang yang satu Gereja dengan kita?

Tentu hal itu tidaklah diinginkan Tuhan Yesus dari diri kita. Justru prinsip kasih yang sesungguhnya harus berdampak kepada semua orang, termasuk keluarga dan orang lain. Sama seperti Tuhan Yesus yang datang dengan kasih secara universal untuk seluruh manusia.

Jadi, prinsip utama adalah dengan “menonjolkan kasih” kepada keluarga dan juga sesama dan ketika perbuatan itu dilakukan, tidak ada alasan bagi kita untuk mengorbankan orang lain. 

Perhatikan bagaimana jemaat mula-mula yang sebelumnya “mengambil untuk kepentingan diri sendiri” menjadi “memberi untuk kepentingan bersama.” Sekali lagi, kepentingan bersama di dalam persekutuan jemaat Tuhan di dunia ini.

Yang pasti, seorang Kristen tidak akan “sanggup” melihat orang lain yang dihadapannya mengalami kesusahan. Dia akan melakukan sesuatu untuk membantu dan juga menolong mereka dari segala kesusahan, termasuk dalam hal ekonomi.

Kasih bukan hanya dibicarakan, tetapi kasih adalah kenyataan dari perbuatan sebagai aplikasi pengajaran Tuhan Yesus. Ya, bicarakan kasih di dalam perbuatanmu! Amin.

 

Syalom..!!

Selamat hari Minggu bagi kita semua..!!

Tuhan Yesus memberkati..!!

Pdt. Ferdinand Fernando Silaen

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAZMUR 85:9-14

KEHIDUPAN DI DALAM JANJI TUHAN (KEJADIAN 9:8-17)

YOHANES 3:14-21 / JOHANNES 3:14-21