PENDERITAAN YANG MENJADI KEMULIAAN (YESAYA 52:13-15)
TULISAN
KHOTBAH JUMAT AGUNG “PERINGATAN HARI KEMATIAN TUHAN YESUS”
HKBP
Efrata Lorok Ressort Palembang
Jumat, 15 April 2022
Evangelium
: YESAYA 52 : 13 – 15
“Hamba TUHAN Yang Menderita”
Saudara-saudari
yang terkasih di dalam Tuhan Yesus Kristus..!!
I. PENDAHULUAN
Ketika pertanyaan muncul pada diri kita,
“apa makna salib dalam Kekristenan?”
Jawaban-jawaban ini akan dengan sangat biasa kita temukan:
a.
Salib adalah lambang kasih.
b.Salib adalah lambang keampunan.
c. Salib adalah lambang keselamatan.
Namun sangat jarang kita mendengar atau bahkan mengatakan bahwa “lambang Salib” memberi makna sebagai “PEMBERIAN DIRI” atau “SELF GIVING.”
Tanpa disadari, ketika makna “pemberian diri” ini jarang
dipahami oleh umat Kristen, maka orang Kristen hanya berfokus kepada “meminta saja kepada TUHAN.” Oleh
sebab itu, kenyataan yang sering terjadi adalah:
a.
Salib yang dipasang atau dipakai di rumah:
-
Hanya sebagai saksi
dari pertengkaran hebat di
rumah tangga.
-
Karena antara suami
/ isteri hanya menginginkan
agar “DIBERI” pengertian,
bukan malah “MEMBERI”
pengertian satu sama lain.
b.Salib yang dipasang atau dipakai di gereja:
-
Hanya sebagai saksi
dari pertengkaran diantara
umat TUHAN.
- Karena antara pelayan dan jemaat hanya menginginkan agar “DIBERI” sesuatu, bukan malah “MEMBERI.”
Memberi
diri
bukan berarti:
1.Membiarkan diri diperlakukan semena-mena oleh orang lain atau dikuasai oleh
orang lain.
-
Tuhan Yesus memprotes seorang penjaga
imam besar yang menamparNya dengan perkataan, “Jikalau kata-Ku itu salah, tunjukkan salahnya, tetapi jikalau
kata-Ku itu benar, mengapakah engkau menampar Aku?” (Yoh. 18:23).
2.Menyediakan diri untuk untuk mati atau menantang mati alias “berani mati.”
-
Orang yang berdoa semalam suntuk tanpa makan, bukanlah
mati martir, tetapi bunuh diri.
- Tuhan Yesus pun sangat ketakutan ketika kematian itu mendekatiNya sehingga peluhnya menjadi seperti titik-titik darah yang bertetesan ke tanah (Luk.22:44)
“Memberi Diri” adalah dengan penuh ketulusan MENGALAHKAN KEPENTINGAN DIRI SENDIRI demi KEPENTINGAN ORANG BANYAK!!
Inilah yang dimaksudkan dari Topik Jumat Agung untuk kita pada hari ini, “Hamba TUHAN Yang Menderita.”
Penderitaannya bukan penderitaan
seperti:
-
Dapat nilai
jelek karena kurang belajar.
-
Putus hubungan dengan saudara karena tidak ada yang saling mengalah.
-
Hidup susah karena hidupnya
tidak pernah berhemat.
- Sakit karena pola hidup dan pola makan yang tidak sehat.
Bukan itu penderitaan dari Tuhan Yesus,
tetapi Dia menderita karena “memberi
diri untuk kepentingan umat manusia (secara universal)!!”
Saudara-saudari
yang terkasih di dalam Tuhan Yesus Kristus..!!
II. POINTER KHOTBAH !!
Oleh sebab itu, marilah kita memahami dan merenungkan Firman Tuhan pada
hari ini, dimana kita mengingat hari Kematian Tuhan Yesus:
1.TUHAN YANG DIMULIAKAN (TUHAN NA SUN TIMBUL)
Hidup
ini terdiri dari beberapa tonggak, yaitu:
1.
Lahir
2.
Ulang tahun
3.
Sekolah
4.
Wisuda
5.
Kerja
6.
Menikah
7.
Pensiun, dan
8.
Mati !!
Dari
kedelapan tonggak hidup tersebut, yang mana yang paling banyak memiliki SINONIM (persamaan kata) atau EUFEMISME
(penghalusan makna)?? Jawabannya
adalah MATI!! Mati bisa
disebutkan dengan beberapa kata:
-
Monding
-
Death
-
Meninggal dunia
-
Tewas
-
Gugur
-
Koit
-
Pulang ke surga
-
Kembali ke
rahmat Tuhan
-
Tutup usia
-
Menghembuskan
nafas terakhir
-
Berangkat
-
Diambil Tuhan
-
Kembali ke alam
baka, dll
Mengapa
mati memiliki banyak SINONIM atau EUFEMISME??
- Ini menunjukkan banyaknya GEJALA PENGHINDARAN DIRI!!
- Manusia mencoba menghindari kenyataan.
Maut atau kematian adalah kenyataan yang keras dan kejam. Lalu kenyataan itu selalu dicoba untuk diperhalus.
Namun
Yesaya 52:13 memberi
pemahaman yang berbeda ketika kita merenungi Kematian Tuhan Yesus pada hari ini
“Sesungguhnya, hamba-Ku akan berhasil, ia
akan ditinggikan, disanjung dan dimuliakan”
(Ida ma, pistar do pambahen ni naposongku; tarhinsat do ibana jala dipatimbo, gabe timbul situtu sogot).
Kematian Tuhan Yesus menjadi sebuah keberhasilan dari ketaatan TUHAN YESUS kepada Bapa di Sorga. Ketaatan itu sudah diakui oleh Pontius Pilatus dengan perkataan, “aku tidak menemukan kesalahan pada Orang ini!!”
Lalu kemudian, kematian Tuhan Yesus diucapkanNya dengan kata “SUDAH SELESAI” dan penutup perkataanNya, “YA BAPA, KE DALAM TANGANMU KUSERAHKAN NYAWAKU!”
“Karya Keselamatan Telah Diselesaikan!!”
Dan kebangkitan Tuhan Yesus adalah sebuah Perayaan akan KEBERHASILAN itu!!
Tuhan Yesus DIMULIAKAN dan DITINGGIKAN melalui peristiwa penyaliban itu!
Ingatlah:
“Tiada kebahagiaan tanpa perjuangan.”
“Tiada keberhasilan tanpa
penderitaan.”
Saudara-saudari
yang terkasih di dalam Tuhan Yesus Kristus..!!
2.WAJAH KUDUS TUHAN YESUS
Manusia pada umumnya sangat suka untuk “tampil menarik.” Itu sebabnya
banyak orang yang rela untuk:
- Diet ketat
- Menjaga pola makan dengan baik
- Menjaga pola tidur dengan baik
- Berpakaian yang cocok dengan dirinya
- Merias diri
Hal-hal tersebut akan menimbulkan rasa percaya diri yang tinggi di hadapan orang lain dan juga di hadapan orang terdekatnya.
Selain itu, semakin ingin DIHARGAI dan DIPANDANG orang lain, seseorang juga akan mulai mengatur cara berjalan.
Tidak hanya penampilan dan cara berjalan, seseorang akan semakin “melatih diri untuk berbicara” di hadapan orang, agar orang mau mendengarkan dirinya dan memiliki wibawa di hadapan orang lain.
Mengapa banyak orang melakukan hal itu??
“Karena
pertama kali yang dilihat orang lain adalah apa yang dipandang di hadapan mata!!”
Tidak heran kalau ada seseorang yang merendahkan orang lain hanya karena penampilan, cara bicara dan cara berjalan.
Kita mau memperbandingkan fakta ini:
Sebuah fakta pada tahun 1968, untuk pertama kalinya ditemukan kerangka tubuh
seseorang yang disalibkan
pada abad pertama dekat
Yerusalem. Ada beberapa fakta yang ditemukan dari hasil penelitian tersebut:
a.
Korban tidak dipaku di telapak tangan, tetapi di pergelangan tangan.
b.
Korban tidak disalib dalam keadaan berdiri lurus. Tetapi kedua
paha dan lutut miring
ke satu sisi.
c.
Kaki dengan bantuan kayu dipaku ke kayu salib.
d.
Pinggul didudukkan di sebatang
balok yang menempel di kayu salib.
e.
Korban tidak
100% berdiri, tetapi separuh
berdiri dan separuh duduk.
Orang yang mati karena disalibkan, termasuk Yesus Kristus bukan karena nyeri luka yang luar biasa itu. Tetapi, karena ASPHYXIA, yaitu kelemasan disebabkan kekurangan zat asam (oksigen) dan ekses karena juga karena kelebihan muatan karbon dioksida di dalam darah.
Inilah nubuat yang dituliskan di dalam Yesaya 52:14, “Seperti banyak orang akan tertegun melihat dia-begitu buruk rupanya, bukan seperti manusia lagi, dan tampaknya bukan seperti anak manusia lagi” (Ia songon i songgot ni roha ni torop halak mida ibana dibahen hinaroa ni rupana dibahen tandina sian jolma hian, rupana pe maradophon jolma).
Penampilan Tuhan Yesus ketika menjalani via dolorossa tidak seperti apa yang dilakukan
orang pada umumnya dalam menjaga penampilan,
cara berjalan dan cara berbicaranya!
- Tuhan Yesus lebih banyak diam dan dengan tekun menjalani proses penderitaan dan penyalibanNya.
Lalu, apakah kita harus disalibkan sehingga terwujud
seperti perkataan dari Kitab Yesaya ini? TIDAK!!
Mengapa?
- Bukan perkataan “buruk rupanya”
(hinaroa ni rupana) yang menjadi
penekanan!
- Tetapi perkataan “bukan seperti manusia lagi dan tampaknya bukan seperti anak manusia lagi” (tandi sian jolma hian, rupana pe maradophon jolma).
Artinya:
“Bukan
seperti perbuatan MANUSIA DUNIAWI!”
-
Kalau kita biasa melihat orang mabuk, kita tidak seperti itu lagi.
-
Kalau kita biasa melihat orang berkata kasar, kita tidak seperti itu lagi.
-
Jangan lagi sering berasumsi!
-
Jangan lagi berbicara
hal yang tidak berbobot (na so marimpola,
asal ma manghatai).
Saudara-saudari
yang terkasih di dalam Tuhan Yesus Kristus..!!
3.PENUTUP
“Harimau mati meninggalkan belang,” “Gajah mati meninggalkan gading,” “Manusia mati meninggalkan nama.”
Inilah yang terjadi setelah kematian
Tuhan Yesus. Yesaya 52:15
tertulis,
“demikianlah
ia akan membuat tercengang banyak bangsa, raja-raja akan mengatupkan mulutnya
melihat dia; sebab apa yang tidak diceritakan kepada mereka akan mereka lihat,
dan apa yang tidak mereka dengar akan mereka pahami”
(Songon i do urasonna torop angka bangso parbegu sogot, hohom be do angka raja maradophon ibana, ai halak na so dung panahatan ni barita i, nasida do marnida, jala halak na so dung umbegesa, i do mangantusi sogot).
Kematian Tuhan Yesus membuka tabir pengetahuan yang baru. Kematian Tuhan Yesus membawa kepada kehidupan yang baru yang dimiliki orang-orang yang percaya.
Sekarang, hal ini menjadi sebuah perenungan bagi kita!
-
Sumbangsih apa yang sudah kita berikan kepada dunia?
-
Sumbangsih apa yang sudah kita berikan kepada Gereja?
- Sumbangsih apa yang sudah kita berikan kepada keluarga?
“Apakah ketika kematian datang kepada kita, kita sudah membuka sebuah kehidupan yang baru bagi orang-orang yang mengenal kita??”
Saudara-saudari
yang terkasih di dalam Tuhan Yesus Kristus..!!
Kita mungkin bangga ketika mengingat orang tua kita yang adalah petani, buta huruf dan pendidikan
Sekolah Rakyat: Anak-anaknya
menjadi orang yang berhasil!!
-
Orang tua tamat SR, namun anak-anaknya Sarjana.
- Orang tua buta huruf, namun anak-anaknya bisa pergi ke berbagai negara.
Sekarang bagaimana dengan kita yang sudah lebih maju daripada orang tua-orang tua dulu, apakah anak-anak kita kelak dapat menjadi orang yang berguna dan berhasil serta takut akan TUHAN?? Inilah yang harus kita kerjakan hari ini!!
Penderitaan, Kesulitan dan bahkan Kematian tidak dapat kita
elakkan! Tetapi bagaimana dibalik itu semua kita menghadirkan kehidupan yang baru. Inilah teladan yang
diberikan Tuhan Yesus di balik Karya Keselamatan yang telah diselesaikanNya.
Amin.
Syalom..!!
Selamat
Memperingati Hari Kematian Tuhan Yesus !!
Tuhan
Yesus Memberkati..!!
Pdt. Ferdinand Fernando Silaen
Amin.
BalasHapus