TUHAN ADALAH HAKIM (MAZMUR 50:1-6)
TULISAN KHOTBAH
MINGGU VIII SETELAH TRINITATIS
Minggu,
07 Agustus 2022
Evangelium : MAZMUR 50 : 1 - 6 / PSALMEN 50 : 1 - 6
Topik : “ Allah Adalah Hakim ” ( Debata Do Panguhum )
Saudara-saudari yang terkasih di dalam Tuhan Yesus Kristus..!!
I.
PENDAHULUAN
Hidup dengan tampil apa adanya, nyatanya saat ini hanya menjadi sebuah semboyan. Mengapa? Tanpa disadari trend “berpura-pura” sudah menjadi pola hidup manusia yang terjadi secara umum.
Hal ini sangat terlihat nyata di berbagai media televisi dan media online, termasuk di media sosial. Kebanyakan yang dinyatakan di berbagai media tersebut adalah sebuah trend “kesuksesan,” “kekayaan” dan “kemakmuran.”
Banyak orang yang menunjukkan kesuksesannya, seperti:
a. Makan di restoran mahal / terkenal.
b.Singgah / menginap di hotel mahal / terkenal.
c. Menampilkan harta kekayaan di media sosial.
Sehingga jarang sekali, sisi yang menunjukkan “susahnya hidup” ditampilkan untuk menyatakan realita yang terjadi. Tanpa disadari trend ini seolah-olah mau menunjukkan “kesuksesan,” “kebahagiaan” dan “kemakmuran” banyak orang.
Para pegiat media sosial dapat “menina-bobokkan” para followers (pengikutnya) dengan menampilkan hal-hal yang wah yang mereka tunjukkan di berbagai media.
Fakta mengatakan bahwasanya negara kita, bahkan dunia ini masih belum stabil dan belum pulih secara perekonomian. Hal ini dapat kita buktikan dengan pernyataan dari berbagai ahli ekonomi yang mengatakan bahwa pandemi Covid-19, masih memberi dampak yang tragis untuk kehidupan manusia sampai pada hari ini.
Lalu mengapa para pegiat media sosial justru menampilkan hal-hal yang seperti menjadi kebalikannya dari kenyataan hidup yang terjadi??
Inilah “arus perubahan” sikap, perilaku dan gaya hidup yang sudah berbeda dari sebelumnya. Bahkan, sudah semakin tajam berbalik dari kenyataan sebelum terjadinya pandemi Covid-19.
Inilah yang dikatakan “HIDUP PENUH DENGAN KEPURA-PURAAN” dan sejalan dengan lagu lawas yang bertuliskan “DUNIA INI PANGGUNG SANDIWARA, CERITA YANG MUDAH BERUBAH !!”
Nyatanya hidup saat ini “penuh dengan kesusahan.” Dan Alkitab sendiri menyimpulkan bahwa dunia ini adalah “lembah ratapan,” “fana” (Batak: “rura partangisan”).
Sejujurnya, hidup dengan penuh kepura-puraan itu sangatlah melelahkan. Kita bisa jujur dengan apa yang sedang kita hadapi. Namun, ketika ketika membohongi keadaan itu, bahkan kita membohongi diri kita sendiri maka yang didapatkan hanyalah “kesemuan” dan “beban yang semakin berat.”
Pada intinya “hidup
penuh dengan kepura-puraan itu sangatlah tidak baik untuk dilakukan!!”
Saudara-saudari yang terkasih di dalam Tuhan Yesus Kristus..!!
II. POINTER KHOTBAH
“Hidup Yang Berpura-Pura” itu jugalah yang dilakukan umat TUHAN sehubungan dengan teks khotbah pada hari Minggu ini. Kita bisa merenungkan, bahwasanya akibat dari “kebohongan” atau “kepura-puraan” dengan diri sendiri akibatnya tentu sangat tidak baik.
Apalagi “kebohongan” atau “kepura-puraan” itu diperhadapkan dengan Tuhan Yang Maha Kuasa, maka fatallah akibat yang akan terjadi pada manusia yang melakukannya.
Inilah yang latar belakang yang terjadi pada umat Tuhan saat itu. Hidup mereka penuh dengan kepura-puraan!! Terkhusus hidup mereka di dalam penyembahan kepada TUHAN!!
Asaf, seorang penyanyi dan juga ahli dalam bermusik (ceracap) menuliskan Mazmur ini sebagai sebuah kritikan terhadap umat TUHAN pada saat itu. Dengan tegas Asap menyatakan bahwasanya TUHAN mengetahui tentang peribadahan yang mereka lakukan, apakah itu “ibadah yang murni” atau hanya sebagai “ibadah formalitas atau rutinitas.”
Dengan tegas Asaf melalui Mazmur ini mau menyatakan bahwasanya TUHAN tidak boleh dipermainkan, terkhusus di dalam peribadahan dan penyembahan kepadaNya. Karena Dia adalah Yang Maha Kuasa dan Maha Kudus.
Oleh sebab itu, melalui Mazmur Asaf ini, marilah kita merenungkan apa yang hendak disampaikan
oleh Firman Tuhan kepada kita pada hari ini:
1. TUHAN HAKIM YANG ADIL !!
Dari sekian banyak karakter yang dinyatakan TUHAN melalui
Alkitab, kita dapat melihat dua karakter umum yang ditunjukkan oleh TUHAN
kepada seluruh ciptaanNya:
a.
TUHAN YANG LEMBUT
Dengan jelas melalui sifat ini, TUHAN menunjukkan bahwa diriNya memiliki karakter yang penuh dengan kelembutan. TUHAN yang menyatakan diriNya di dalam Yesus Kristus menunjukkan diriNya yang penuh dengan kasih.
Bahkan penyataan TUHAN di dalam diri Yesus Kristus mau menunjukkan kasihNya di dalam pengorbananNya di kayu salib. Artinya: Karena kasihNya yang begitu besar, maka diriNya sendiri menjadi korban pendamaian dan keselamatan oleh karena dosa yang diperbuat oleh manusia.
Namun, banyak orang dan berbagai aliran Gereja salah menafsirkan dengan sisi kelembutan TUHAN di dalam diri Yesus Kristus. Seolah-olah karena kelembutanNya, manusia bisa “sesuka hati” melakukan dosa, karena “diiming-imingi” dengan “kasih yang mengampuni.”
Hal ini pernah dibantah oleh Rasul Paulus di dalam
suratnya ke jemaat Roma pasal
6 ayat 1-2:
“Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan?Bolehkah kita bertekun dalam dosa, supaya semakin bertambah kasih karunia itu? Sekali-kali tidak! Bukankah kita telah mati dosa, bagaimanakah kita masih dapat hidup di dalamnya?”
Dan akan semakin jelas dengan karakter selanjutnya, yaitu:
b.
TUHAN YANG KERAS
Dengan jelas melalui sifat ini, TUHAN menunjukkan bahwa diriNya memiliki otoritas penuh kepada seluruh ciptaanNya, termasuk menjadi hakim atas setiap perbuatan yang dilakukan oleh manusia.
Inilah yang dituliskan di ayat 1 dari perikop ini:
“Yang
Mahakuasa, TUHAN Allah, berfirman dan memanggil bumi, dari terbitnya matahari
sampai kepada terbenamnya”
(Manghuling do Debata Jahowa, jala martingting tu tano on sian habinsaran (timur) tolhas ro di hasundutan (barat)).
Otoritas TUHAN sangat ditunjukkan sebagai Yang Mahakuasa yang berkuasa penuh atas segala ciptaanNya. Tidak ada satu pun di dunia ini yang dapat melebihi kuasa TUHAN.
Karena otoritas kuasa TUHAN yang penuh inilah, maka tidak ada satu kesempatan pun bagi manusia untuk “bermain-main” dengan Hukum yang diberikan oleh TUHAN.
Kebenaran ada di tangan TUHAN. Benar jika melakukan yang sesuai dengan kehendak TUHAN, dan salah jika melakukan yang melanggar perintah serta hukum TUHAN.
Melalui dua karakter ini, patut diingat mengenai keseimbangan pemahaman di dalam
pola hidup manusia. Sifat keras tidak melebihi kelembutanNya. Dan kelembutan
TUHAN tidak lebih besar dari sifatNya yang keras serta penuh dengan
otoritasNya!
Saudara-saudari yang terkasih di dalam Tuhan Yesus Kristus..!!
Dua sisi ini dengan jelas juga digambarkan dengan dua hal yang kontradiktif:
a.
Ayat 2:
“Dari Sion, puncak keindahan, Allah tampil bersinar.”
(Sian Sion, situan ni hinadenggan marsinondang Debata).
Hal ini menunjukkan keindahan TUHAN yang tampil
bersinar. Bisa kita imajinasikan bahwa TUHAN mengatasi segala hal ini di tengah
dunia ini. Dia bahkan jauh lebih indah dari pemahaman kasih yang kita pahami secara umum. Inilah yang
digambarkan di ayat ini.
b.
Ayat 3:
“Allah kita datang dan tidak akan berdiam diri, di hadapan-Nya api
menjilat, sekeliling-Nya bertiup badai yang dahsyat.”
(Sai na ro Debatantan, jala ndang tagamon hohom Ibana, di jolona do api
mandilatdilat, jala ronggur na gogo situtu humaliang ibana).
Kontradiktif dengan ayat
sebelumnya. Di sisi ini, TUHAN menunjukkan sebuah “kengerian” dan “ketakutan.”
Bisa kita bayangkan, sedangkan jika ada hujan deras, maka kita akan berlari
mencari perlindungan. Apalagi ketika ada api
besar dan badai dahsyat
berada dekat TUHAN. Bagaimana kita mau mendekati TUHAN dengan hal yang
menakutkan itu.
Inilah sesungguhnya karakter “ADIL” yang ditunjukkan dari dua karakter TUHAN. Sehingga, kita bukan lagi berbicara mengenai “bagaimana sesungguhnya ibadah dan perbuatan yang dikehendaki oleh TUHAN.” Karena kita akan semakin mengenal bagaimana TUHAN sesungguhnya.
Dan kita akan semakin mengenal bahwa TUHAN itu adil dalam mengadili setiap perbuatan yang kita lakukan di dunia ini.
Saudara-saudari yang terkasih di dalam Tuhan Yesus Kristus..!!
2. HIDUP JUJUR ADALAH IBADAH YANG SEJATI !!
Jujur tidak hanya berorientasi kepada perkataan ataupun perbuatan. Namun, jujur yang sesungguhnya adalah kehidupan bagi orang-orang yang percaya.
Kejujuran itu bukan hanya di luar, namun kejujuran berpusat pada hati yang akan menunjukkan buahnya di dalam setiap sisi kehidupan. Dengan jati diri TUHAN sebagai Yang Maha Kuasa, maka sesungguhnya kita akan menyadari siapa kita di hadapan TUHAN.
Yang pasti, tidak ada satu detik pun kesempatan bagi kita untuk tidak takut dengan kesalahan dan dosa yang kita perbuat. Dan itu juga yang mengarahkan kita untuk “tidak berkamuflase” di hadapan TUHAN.
Karena apa?
Karena setiap hal yang kita lakukan haruslah dipertanggung-jawabkan kepada
TUHAN yang berkuasa itu. Ini juga disinggung oleh Tuhan Yesus di dalam Matius 24:45 melalui
pertanyaanNya kepada murid-muridNya:
“Siapakah hamba
yang setia dan bijaksana, yang diangkat oleh tuannya atas orang-orangnya untuk
memberikan mereka makanan pada waktunya?”
(Asa di dia do
naposo haposan jala na marroha, na pinabangkit ni indukna mangalehon mangan
angka naposona mangan di tingkina?)
Pertanyaan Tuhan Yesus itu sesungguhnya menuntut tanggung jawab atas setiap perbuatan yang dilakukan manusia sebagai yang dipercayakan untuk menjaga dan merawat apa yang diterimanya selama hidupnya!!
Semua akan dipertanggung-jawabkan!!
Saudara-saudari yang terkasih di dalam Tuhan Yesus Kristus..!!
Ini yang dituliskan di Mazmur 50:4,
“Ia berseru
kepada langit di atas, dan kepada bumi untuk mengadili umat-Nya:”
(Dipio do angka langit
sian ginjang, ro di tano on, asa diuhum bangsona).
Dan lebih jelas lagi dituliskan di ayat 5,
“Bawalah kemari
orang-orang yang Kukasihi, yang mengikat perjanjian dengan Aku berdasarkan
korban sembelihan!”
(Papungu hamu ma tu
Ahu angka na daulat marroha angka na marpadan dohot Ahu marhitehite pelean).
Inilah yang diinginkan oleh TUHAN atas manusia dan
kehidupannya yang dikehendakiNya!!
a.
TUHAN mengasihi orang-orang yang tetap setia padaNya.
b. TUHAN mengasihi orang-orang yang tulus memberikan persembahan kepadaNya!!
Yang mau kita lihat:
1.
“Tidak ada
kesetiaan tanpa kejujuran !!”
Kita mau diarahkan untuk tetap jujur di hadapan TUHAN. Jujur
dengan kesusahan yang kita
hadapi. Jujur dengan berkat
yang kita terima.
Kesusahan akan mendorong kita untuk semakin dekat kepada TUHAN. Dan berkat
akan mendorong kita untuk berkarakter
seperti TUHAN sebagai saluran berkat
bagi sesama dan untuk dunia ini.
Ketika kita jujur dengan hal
itu, kita akan tetap hidup di dalam kesetiaan.
Karena TUHAN sendiri setia terhadap kita. Dan kesetiaan kita akan semakin memperbesar kasihNya kepada kita.
2.
“Persembahan
yang paling harum adalah sebuah ketulusan dan totalitas !!”
Banyak orang yang “berapologet” bahwasanya persembahan itu adalah diri kita sendiri. Tidak ada
yang salah dengan pernyataan itu. Namun kenyataan membuktikan bahwasanya banyak orang yang semakin “pelit” untuk mempersembahkan dirinya dan apa yang dia miliki kepada TUHAN.
Jika benar pernyataan itu dihidupi, maka sesungguhnya tidak akan ada “perhitungan” untuk memberi persembahan kepada TUHAN.
Persembahan dengan apa yang kita miliki (pekerjaan, pendidikan, kuasa, harta,
kemanpuan, dll) adalah yang diinginkan oleh TUHAN.
Hal itu bukan semata-mata karena TUHAN membutuhkan itu. Namun persembahan itu adalah buah dari KETULUSAN dan TOTALITAS
!! Namun persembahan juga bukan menjadi suap
untuk “mengarahkan” TUHAN
melakukan apa yang kita kehendaki.
Sekali lagi, persembahan adalah buah dari KETULUSAN
dan TOTALITAS !!!
Oleh sebab itu, legalitas
kita sebagai pengikut Kristus
harus nyata di dalam jati diri
kita sebagai hamba TUHAN dan
yang dimiliki oleh TUHAN
serta mempertanggung-jawabkan
apa yang telah kita lakukan di dunia ini. Sebab TUHAN sendirilah Hakim! Amin.
Syalom..!!
Selamat Hari Minggu Bagi Kita Semua..!!
Tuhan Yesus Memberkati..!!
Pdt. Ferdinand Fernando Silaen
Komentar
Posting Komentar