PENGIKUT KRISTUS (MATIUS 16 : 21 - 28)
TULISAN KHOTBAH MINGGU XI SETELAH TRINITATIS
Minggu, 28 Agustus
2022
Evangelium : MATIUS 16 : 21 - 28
Topik: “Menyangkal Diri, Memikul Salib
Dan Mengikut Yesus”
Saudara-saudari yang terkasih di dalam Tuhan Yesus Kristus..!!
I. PENDAHULUAN
“Saya mau ikut Yesus, saya mau ikut Yesus, sampai s’lama-lamanya. Meskipun saya susah, menderita dalam dunia. Saya mau ikut Yesus, sampai s’lama-lamanya!”
Sebuah syair lagu yang tentu kita sudah ketahui dan juga sering kita nyanyikan. Lagu yang menjadi sebuah janji bagi kita untuk mengikut Yesus di dalam kehidupan kita. Following Jesus!!
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “ikut” berarti: menyertai, turut serta, melakukan sesuatu sebagaimana yang dikerjakan.
Dalam artian ketika kita menyatakan diri untuk mengikut Tuhan Yesus, kita ikut, turut serta dan melakukan sebagaimana yang dikerjakan oleh Tuhan Yesus.
Ada sebuah istilah dalam sebuah bahasa Latin yang menunjukkan jati diri seorang
pengikut Kristus: Imitatio
Christi, yaitu menjadi imitasi Kristus, Kristus tergambar
dan nyata di dalam diri para pengikutNya. Hidup
para pengikut Kristus adalah menghidupi
hidup dan teladan dari Kristus.
Saudara-saudari yang terkasih di dalam Tuhan Yesus Kristus..!!
II. POINTER KHOTBAH
Nas ini adalah sebuah penegasan dari Tuhan Yesus kepada murid-muridNya. Tentu penegasan ini tidak hanya berbentuk “kalimat perintah.” Namun, dijelaskan juga secara singkat tentang siapa Tuhan Yesus dan apa yang akan dihadapiNya sesuai dengan Tugas Keselamatan yang dikerjakanNya di dunia ini.
Oleh sebab itu, marilah kita
merenungkan Firman TUHAN pada Minggu ini untuk semakin mengingat jati diri
sebagai Pengikut Kristus di tengah dunia ini.
1. YESUS FIGUR YANG IDEAL !!
Jika saya diperbolehkan
untuk berandai-andai: Kalau TUHAN memberi tahu apa yang akan terjadi esok hari
kepada manusia, saya pastikan tidak
semua manusia yang setuju
dengan apa yang akan terjadi esok hari. Artinya ada yang setuju dan senang,
namun ada juga yang tidak setuju
dan kurang senang menerima hal
tersebut.
a.
Setuju
-
Boleh jadi, informasi
mengenai hal yang akan terjadi esok hari sudah seperti yang diinginkan
seseorang selama ini.
-
Boleh jadi, informasi
mengenai hal yang akan terjadi esok hari adalah hal luar biasa yang tidak
pernah terbayangkan sebelumnya.
b.
Tidak Setuju
-
Informasi mengenai hal yang
akan terjadi esok hari berlawanan
dengan apa yang diinginkan/ diimpikan/ diharapkan seseorang selama ini.
-
Informasi mengenai hal yang
akan terjadi esok hari membuat hati
terluka, karena yang tidak
terbayangkan sebelumnya membuat dirinya bersusah hati.
Setuju dan Tidak Setuju atas
informasi tersebut sudah jelas dinyatakan oleh Simon Petrus ketika Tuhan Yesus
memberi tahu apa yang akan terjadi di hari kemudian:
a.
Setuju
-
Setelah Simon Petrus
memberikan pernyataan bahwa Tuhan Yesus adalah Mesias (ay.16), Tuhan Yesus
kemudian berkata:
Ayat 18, “Dan Aku pun
berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan
mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya.”
Ayat 19, “Kepadamu
akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat
di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga.”
-
Pernyataan Tuhan Yesus
tersebut tentu disetujui oleh
Simon Petrus, karena dia mendapatkan hal yang luar biasa di dalam “keikutsertaanNya” mengikut Tuhan
Yesus:
1.
Menjadi batu karang yang
adalah dasar untuk membangun jemaat Tuhan.
2.
Alam maut yang menjadi momok
menakutkan bagi manusia, tidak akan mampu menguasai dasar tersebut.
3.
Simon Petrus diberi kuasa
untuk memegang Kunci Kerajaan Sorga.
4.
Simon Petrus diberi kuasa
untuk mengikat dan melepas yang ada di dunia ini,
sebagai jaminan kehidupan di sorga.
b.
Tidak Setuju
-
Karena Tuhan Yesus akan
menerima penderitaan dari pihak tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat
- Tuhan Yesus akan dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga.
Dengan jelas Simon Petrus tidak setuju dengan pernyataan Tuhan Yesus. Dia kemudian menarik Tuhan Yesus ke samping dan menegor Dia, lalu berkata di ayat 23, “Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau.”
Mengapa Simon Petrus tidak
setuju dengan pernyataan dari Tuhan Yesus?
1.
Dia terkejut membayangkan
peristiwa itu. Karena selama ini Tuhan Yesus mampu memberikan perlawanan kepada
para tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat.
2.
Simon Petrus merasa takut.
Karena selama ini dia mengikuti Tuhan Yesus yang dapat melakukan hal-hal ajaib
di hadapannya.
3.
Simon Petrus tidak mau
kehilangan Tuhan Yesus.
4. Simon Petrus meyakini bahwa sosok Yesuslah yang dapat membawa mereka kepada kesejahteraan seperti kepemimpinan Raja Salomo di masa yang lampau.
Dan saya yakin, ketika kita berada pada posisi Simon Petrus, kita dapat setuju dan tidak setuju dengan apa yang akan terjadi esok hari, kalau saja Tuhan mau memberi tahu kepada kita tentang kenyataan di hari yang akan datang, yang tentu terkait dengan diri kita.
Namun, setuju ataupun tidak setuju, hal ini tidak dapat mengubah rencana Tuhan atas dunia ini. Itu sebabnya Tuhan Yesus kemudian berkata kepada Simon Petrus di ayat 23, “Enyahlah iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia.”
Segala hal yang mencoba menghalangi rencana TUHAN atas dunia ini, semua itu berasal dari iblis. Karena sesungguhnya rencana TUHAN itu adalah rencana dan rancangan keselamatan.
Saudara-saudari yang terkasih di dalam Tuhan Yesus Kristus..!!
Dari dialog antara Tuhan Yesus dan Simon Petrus, kita dapat melihat dua profil manusia. Bagai sebuah drama yang dipentaskan, kedua profil ini menunjukkan peran yang memiliki makna yang terkandung di dalamnya.
Kita perhatikan dua profil
tersebut dalam sisi kemanusiaan:
a.
Simon Petrus
-
Berikap Radikal secara
negatif: Menonjolkan prinsip
yang terdapat di dalam fikirannya dan mencoba secara ekstrem untuk merubahnya.
-
Menolak keadaan yang akan
terjadi di masa yang akan datang.
-
Ekspektasi yang lebih
kuat/besar daripada kenyataan yang terjadi.
b.
Yesus (dalam sisi kemanusiaanNya)
-
Taat akan tugas yang
diberikan kepadaNya.
-
Menerima setiap konsekuensi
atas pekerjaan yang dilakukan.
-
Bertahan dalam prinsip
keselamatan yang universal, tanpa mementingkan kepentingan pribadi.
- Justru menguatkan orang lain, ketika Dia menghadapi tantangan dan kesulitan.
Namun, untuk memahami tulisan dari Matius, kita harus menjauhi “pola untuk menghakimi seseorang.” Karena apa? Teologi dari Injil Matius sangat menekankan mengenai “kemanusiaan.” Itu sebabnya, ketika Matius menceritakan tentang Yesus yang dikenalnya, dia memulai dari silsilah Yesus Kristus.
Silsilah ini menonjolkan sisi kemanusiaan Yesus yang juga berasal dari garis keturunan Yahudi dan Dia terlahir sebagaimana manusia biasa. Inilah yang dikatakan bahwa Yesus sendiri adalah manusia 100%.
Saudara-saudari yang terkasih di dalam Tuhan Yesus Kristus..!!
Tanpa kita sadari, sosok Petrus yang digambarkan Injil Matius adalah sosok manusia biasa, sama seperti kita. Bisa jadi kita akan geram dan bahkan menghakimi Petrus dengan perkataannya. Apalagi Tuhan Yesus sendiri sendiri menyebutkan kata “iblis” untuk menanggapi Petrus dengan pernyataannya.
Itu sebabnya saya katakan bahwa kita harus menyingkirkan pikiran untuk menghakimi Petrus. Karena ketika itu terjadi, maka sesungguhnya kita menghakimi diri kita sendiri. Karena sosok Petrus menunjukkan sosok manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan dan dosa.
Namun, kita semua mengetahui tentang perubahan yang ada pada diri Simon Petrus. Dia kemudian menjadi sosok yang sangat luar biasa, mau mengubah diri, belajar dari kesalahan, teguh, kukuh dan setia dalam memberitakan kabar keselamatan dari Tuhan Yesus di tengah dunia ini.
Dan benar perkataan Tuhan Yesus, pada akhirnya Simon Petruslah yang kemudian menjadi dasar Gereja di dunia ini. Kekristenan mula-mula mengakui bahwa pemimpin Gereja Pertama adalah Simon Petrus.
Kemudian kita beralih pada
figur Yesus dalam sisi kemanusiaanNya. Dia adalah Figur yang ideal. Karena apa?
Kita melihat hal ini di dalam diri Yesus:
-
Menjalani kehidupan apa
adanya.
-
Tidak menyerah meskipun
menghadapi tantangan.
-
Tidak pesimis meski
menghadapi tantangan.
-
Memiliki prinsip bahwa
pergumulan adalah bagian dari rencana keselamatan dari TUHAN.
-
Mengikuti setiap proses
sebagai wujud kesetiaan kepada TUHAN.
-
Tidak lari dari kenyataan
hidup.
- Inilah yang menjadi teladan bagi pengikut Kristus di dunia ini.
Saudara-saudari yang terkasih di dalam Tuhan Yesus Kristus..!!
2. PENGIKUT KRISTUS YANG TANGGUH !!
Ada suatu kisah nyata di daerah terpencil di India yang bernama ASSAM, tepat di tahun 1880, ada satu keluarga (suami, istri dan dua anak) yang telah menerima Tuhan Yesus dalam hidup dan keluarga mereka. Mereka menerima pemberitaan Injil dari missionaris yang datang dari Wales.
Setelah mereka dibaptis dan menjadi pengikut Kristus, kemudian mereka juga memberitakan Injil Keselamatan kepada keluarga dan orang-orang yang berada di sekitar mereka.
Penginjilan yang dilakukan mereka diketahui oleh Kepala Suku di desa itu. Kepala Suku tersebut menyuruh keluarga tersebut untuk tidak lagi menjadi pengikut Kristus dan menghentikan pemberitaan Injil di desa itu. Kepala Suku itu pun memberi ancaman, jika mereka tidak mengindahkan perintah itu, mereka sekeluarga akan dibunuh.
Lalu, apa respon dari bapak, kepala keluarga yang telah menjadi pengikut Kristus tersebut? Dia kemudian berkata,
“I have decided to follow Jesus,
no turning back, no turning back”
(Mengikut Yesus keputusanku,
ku tak ingkar, ku tak ingkar/
Hibul rohangku tu Tuhan Jesus, ndang olo au sumurut be).
Maka, saat itu juga kedua anak mereka dibunuh !!
Kemudian Kepala Suku itu
kembali mengancam. Apa respon dari bapak tersebut? Dia berkata,
“Though none go with me, still
i will follow, no turning back, no turning back”
(Tetap kuikut walau sendiri,
ku tak ingkar, ku tak ingkar/
Tung so adong pe na olo dohot, alai rohangku sai marsihohot, ndang olo au sumurut be).
Maka, saat itu juga istrinya dibunuh !!
Setelah kematian istrinya yang tragis, kesempatan terakhir kemudian diberikan Kepala Suku itu. Apa
respon dari bapak tersebut? Dia berkata,
“Cross before me, the world behind
me, no turning back, no turning back.”
(Salib di depanku, dunia di
belakangku, ku tak ingkar, ku tak ingkar/
Sai hutundalhon haportibion, silang ni Kristus ma hudapothon, ndang olo au sumurut be).
Maka, dia pada saat itu kemudian dibunuh dengan tragis!!
Meski pria tersebut dan keluarganya
menjadi martir pada hari itu,
sesuatu yang ajaib terjadi:
-
Sebuah benih tumbuh di lubuk
hati dari Kepala Suku
itu.
- Benih itu tumbuh sejalan
dengan waktu, yang akhirnya membuat Kepala
Suku tersebut mengumpulkan
semua warga, untuk bertemu di tempat dimana mereka mengeksekusi satu keluarga itu.
-
Pada saat itulah Kepala Suku
itu mengumumkan pertobatannya
dan menerima Tuhan Yesus.
-
Keajaiban itu terus bertumbuh, selain dari seluruh warga di desa
itu, kemudian sampai ke seluruh provinsi.
-
Oleh karena satu keluarga yang percaya dan berkorban, maka Yesus
telah hadir di tengah-tengah mereka.
Saudara-saudari yang terkasih di dalam Tuhan Yesus Kristus..!!
Kisah dan syair itu kemudian diabadikan dan menjadi PUJIAN yang indah, yang sering dikumandangkan di seluruh dunia ini. Lagu yang diberi judul “I Have Decided To Follow Jesus” “Mengikut Yesus Keputusanku” (Buku Ende No. 690 “Hibul Rohangku Tu Tuhan Jesus”).
Inilah yang mau kita perhatikan tentang bagaimana Mengikut Tuhan Yesus (Imitatio Christi)!! Kristus yang dihidupi oleh para pengikut Kristus.
Tentu mengikut Tuhan Yesus akan
menghadapi tantangan. Tantangan apa itu?
1.
Tantangan Dari Dalam Diri Sendiri (Menyangkal
Diri)
Kata menyangkal identik dengan kata TIDAK!! Ketika kita menyatakan untuk menyangkal diri kita, berarti kita menyatakan TIDAK untuk segala keinginan yang terdapat di dalam diri kita.
Ketika kita mengikut Yesus:
a.
Kita tidak lagi melihat diri kita yang
bertindak dan berprilaku di dalam kehidupan kita.
b.
Kita tidak lagi melihat kelebihan,
kecerdasan, kekuatan dan kekayaan kita sebagai kekuatan
utama.
c. Kita tidak lagi melihat diri kita yang menjadi tertinggi ketika kita melakukan perbuatan baik.
Menyangkal diri berani menyatakan TIDAK untuk keinginan daging dan hasrat kita yang terjadi di dalam hidup. Menyangkal diri berarti memberikan hak mutlak kepada Roh Kudus untuk mengarahkan kita melakukan kegiatan kita.
Ketika Kristus telah tinggal di dalam diri seseorang, maka seseorang tersebut tidak lagi hanya mengandalkan dirinya sendiri, tidak merasa dirinya lebih kuat, tidak fikirannya yang dominan menguasai dirinya!
“Ketika keinginan di dalam diri melebihi kesetiaan kepada TUHAN, maka disitu kejahatan akan hadir.”
Di zaman sekarang sering orang-orang memanipulasi Kekristenannya agar sesuai dengan apa yang difikirkannya.
Bahkan, tidak sedikit manusia yang “berani
mengancam TUHAN”!!
-
Kalau doanya tidak dikabulkan, dia tidak berdoa lagi.
- Kalau situasi tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, dia meninggalkan TUHAN.
Persekutuan kita kepada TUHAN bukan untuk memuaskan diri kita. Tetapi, TUHAN yang kita buat bersukacita akan hidup kita.
Menyangkal diri adalah bagaimana kita menyadari bahwa diri kita adalah milik TUHAN !!
Saudara-saudari yang terkasih di dalam Tuhan Yesus Kristus..!!
2.
Tantangan Dari Luar Diri Sendiri (Memikul Salib)
Ketika kita menyatakan diri untuk menjadi pengikut Kristus, kita telah diberikan Salib untuk dipikul sebagai jalan kita untuk sampai kepada Bapa di Sorga.
Salib yang kita pikul bukanlah salib Kristus!! Namun, salib itu adalah salib kita sendiri, yang harus kita pikul tanpa “bergotong-royong”!!
Saya pernah melihat sebuah ilustrasi gambar orang-orang yang mau mengikut Kristus. Mereka semua diberikan salib untuk dipikul agar sampai ke suatu tujuan.
Tetapi karena salib itu terasa berat, ada seseorang yang memotong kayu salib itu untuk meringankan beban yang dibawanya. Tentu dia sudah merasa lebih ringan untuk membawa bebannya.
Tetapi sampai pada suatu tempat, terdapatlah jurang yang harus disebrangi untuk sampai kepada tempat tujuan. Orang-orang yang masih membawa salib sesuai dengan ukuran yang diberikan kepadanya menggunakan salib tersebut sebagai jembatan yang menjadi jalan supaya sampai ke seberang.
Namun, seseorang yang telah memotong salib
tersebut sudah tidak bisa berbuat apa-apa karena salibnya sudah menjadi kecil
sehingga tidak dapat dipakai untuk menjadi jembatan untuk sampai ke seberang. Pada akhirnya dia tetap tinggal di tempat.
Saudara-saudari yang terkasih di dalam Tuhan Yesus Kristus..!!
Salib itu adalah sebuah tugas yang harus kita selesaikan
selama kita hidup di dunia ini. Salib itu bisa berupa:
-
Fikiran dan perasaan kita
-
Suami / Istri kita
-
Anak-anak atau cucu-cucu
kita
-
Pekerjaan kita
-
Talenta kita
- Pendidikan kita
Tantangan memikul salib itu adalah tentang bagaimana kita membawa salib itu sampai kepada tempat yang TUHAN tujukan !! Oleh sebab itu, jalanilah hidup ini tetap bersama dengan Kristus. Karena apapun diri kita, profesi kita, keluarga kita dan yang terjadi di dalam hidup kita, itu semua menjadi bagian dari rancangan keselamatan dari TUHAN, sampai kita mengakhiri kehidupan kita dan sampai kepada hidup yang kekal. Amin.
Syalom..!!
Selamat Hari Minggu Bagi Kita Semua..!!
Tuhan Yesus Memberkati..!!
Pdt. Ferdinand Fernando Silaen
Komentar
Posting Komentar